IMYA 2013, Wamenag: Tidak Mengatasnamakan Agama untuk Melakukan Kekerasan
MAKASSAR, SATUHARAPAN.COM - Ratusan anak muda dari berbagai Negara terlibat dalam dialog tentang keberagaman keyakinan dalam sebuah acara yang diselenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan. Mereka akan terlibat dalam acara yang berlangsung hingga Sabtu (28/9).
Acara tersebut diselenggarakan oleh Global Peace Festival Indonesia Foundation (GPFIF) dan bertitle International Multifaith Youth Assembly (IMYA) 2013. Peserta berasal dari Indonesia, Malaysia, Kamboja, Pakistan, Afganistan, dan beberapa negara Timur Tengah.
Sementara itu, Wakil Menteri Agama, Nasaruddin Umar dalam pembukaan mengatakan, “Saya rasa akan lebih baik bila kita tidak mengatasnamakan agama untuk melakukan kekerasan atau untuk memisahkan diri dengan saudara-saudara kita. Mari kita memberi semangat untuk berdamai, membangun, dan kemanusiaan.”
Menabur Benih Perdamaian
Acara tersebut mengangkat tema “Spreading Seeds of Peace and Love through New Interfaith Paradigm for the 21st Century” atau “ Menabur Benih Perdamaian dan Cinta melalui Paradigma Baru Antar Agama Abad 21.” Acara itu dimaksudkan untuk menabur semangat toleransi antar umat beragama kepada pemuda Indonesia
Acara tersebut dibuka oleh Wakil Menteri Agama, Nasaruddin Umar. Dalam sambutannya , dia mengatakan bahwa isu interfaith penting untuk diketahui anak muda dewasa ini. Menurut dia, keberagaman merupakan bagian dari masyarakat Indonesia, dan anak muda perlu memiliki persepektif yang baik terkait dengan isu tersebut.
“Saya senang bertemu dengan banyak pemuda yang mendiskusikan isu interfaith dan saya berpendapat pertemuan ini penting bagi pemuda,” kata dia. Dan menambahkan bahwa saat ini kita harus mengadakan banyak kegiatan positif untuk generasi yang berusia dibawah 40 tahun, sehingga memudahkan untuk mengubah mindset.
“ Kita mengenal Karaen Pattingalloang sebagai pahlawan Sulawesi yang menggagas interfaith dialogue di masa lampau, karena itu saya rasa bukan tidak mungkin Sulawesi Selatan akan menjadi kiblat dalam mempelajari isu toleransi,” kata dia
“Saya rasa kita tidak perlu mempersoalkan isu interfaith, tapi justru merayakan perbedaan. Lukisan tidak akan indah ketika monoton warna putih, tapi akan indah ketika berwarna-warni,” kata dia.
Dia menambahkan, “Saya rasa akan lebih baik bila kita tidak mengatasnamakan agama untuk melakukan kekerasan atau untuk memisahkan diri dengan saudara-saudara kita. Mari kita memberi semangat untuk berdamai, membangun, dan kemanusiaan.”
Atasi Rasisme
Sementara itu, Ketua Pelaksana IMYA 2013, Naskar F Hansam berharap kegiatan tersebut bisa menghilangkan berbagai masalah terkait rasisme yang masih sering terjadi di masyarakat kita.
“Sebagai anak muda Makassar, saya bangga bisa menjadi bagian dari kegiatan ini. IMYA 2013 merupakan program yang diselenggarakan oleh GPF Indonesia untuk menginspirasi anak muda tentang pentingnya keberagaman,” kata dia.
Selama empat hari para peserta yang berasal dari dalam dan luar negeri akan mengikuti berbagai kegiatan yang dikemas lebih menarik berupa seminar, flashmob anti kekerasan, kunjungan ke tempat-tempat peribadatan, deklarasi perdamaian dan aktivitas melayani masyarakat.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...