Indonesia-Brasil Bahas Ketentuan Impor Unggas dan Sapi
Bertemu di Davos, Para Menteri WTO Bahas Persiapan KTM ke-11
DAVOS, SATUHARAPAN.COM – Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melakukan pertemuan bilateral dengan pejabat setingkat menteri dari Pakistan, Swiss, Australia, dan Brasil, serta dengan Direktur Jenderal WTO di Davos, Swiss pada 19 Januari 2017.
Pada pertemuan Mendag Enggar dengan Wakil Menteri Urusan Ekonomi dan Keuangan Brasil, Carlos Marcio Bicalho membahas kepentingan bilateral kedua negara, antara lain ketentuan impor unggas dan daging sapi di Indonesia.
Selain itu dibahas pula penerapan bea anti-dumping dan bea masuk imbalan oleh Brasil atas beberapa produk Indonesia. Kedua menteri juga sepakat bekerja sama meningkatkan kegiatan promosi perdagangan di kalangan bisnis Indonesia dan Brasil.
Para Menteri dan Direktur Jenderal WTO juga membahas rencana Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-11 yang akan digelar pada Desember 2017 di Buenos Aires, Argentina. Pertemuan ini sangat penting untuk menghasilkan sejumlah kesepakatan terkait dengan WTO.
Saat ini kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral di bawah naungan WTO cenderung terus melemah belakangan ini. Hal tersebut diungkapkan Mendag Enggar setelah melakukan pembicaraan bilateral secara maraton pada 18 dan 19 Januari 2017 dengan sejumlah negara mitra di Davos, Swiss.
“Pada pertemuan bilateral dengan beberapa menteri negara sahabat selama dua hari itu sangat dirasakan adanya pengakuan atas peran kunci Indonesia dalam perundingan di WTO dan prakarsa regional, khususnya perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang digagas Indonesia pada 2011 dan peran Indonesia sebagai Ketua Komite Perundingan Perdagangan RCEP sejak 2013 hingga kini,” kata Enggar, hari Jumat (20/1).
Peningkatan Perdagangan
Pada pertemuan dengan Menteri Perdagangan Pakistan Khurram Dastgir Khan, Mendag Enggar membicarakan upaya peningkatan perdagangan dua arah. Kedua negara setuju untuk lebih saling mengenali potensi masing-masing, khususnya di sektor bisnis.
“Indonesia akan mengutus pejabat senior ke Islamabad guna membahas cara-cara konkret memperbaiki necara perdanganan yang sejauh ini mencatatkan surplus besar di pihak Indonesia, namun mengundang keprihatinan di pihak Pakistan. Hal ini terjadi sejak diimplementasikannya Indonesia-Pakistan Preferential Trade Arrangement yang berlaku efektif sejak 2013,” katanya.
Pertemuan Mendag Enggar dengan Ketua Departemen Federal Urusan Ekonomi Swiss Johann Schneider- Ammann berfokus pada perundingan Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership (CEPA) yang telah menyelesaikan sebelas putaran.
Kedua menteri sepakat bahwa perundingan tersebut telah mengalami kemajuan penting dan menekankan bahwa menjelang putaran berikutnya pada Maret 2017, para perunding perlu meningkatkan proses offer-and-request.
Dalam pertemuan ini Indonesia menekankan kepentingannya untuk mendapatkan akses pasar produk pertanian yang lebih baik ke pasar negara anggota EFTA, yakni Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein.
Selanjutnya, pertemuan dengan Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Steven Ciobo dibahas mengenai topik bilateral, regional, dan multilateral yang menjadi kepentingan khusus kedua negara. Pada tingkat bilateral, kedua menteri sepakat meningkatkan momentum perundingan Indonesia-Australia CEPA yang sejauh ini telah menyelesaikan lima putaran.
“Indonesia menekankan pentingnya disepakati early outcomes di saat perundingan masih berlangsung sebagai bagian dari proses confidence building,” imbuh Mendag Enggar.
Sementara untuk RCEP, Australia meminta informasi terbaru status perundingan dan menyatakan apresiasinya atas peran penting Indonesia sebagai koordinator ASEAN dalam perundingan RCEP maupun sebagai Ketua Komite Perundingan Perdagangan RCEP yang memimpin proses perundingan di antara 16 negara.
Pada akhir pertemuan, kedua menteri sependapat tentang perlunya menjaga relevansi WTO dalam perdagangan dunia. Selain itu juga sepakat untuk bekerja sama agar KTM WTO ke-11 dapat menghasilkan keputusan untuk terus menggulirkan proses perundingan di WTO secara bertahap atau incremental.
Mendag Enggar juga bertemu Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedo untuk mendapatkan informasi tangan pertama mengenai status perundingan di Jenewa dan persiapan menuju Buenos Aires.
Seraya menyampaikan apresiasi kepada Indonesia sebagai Ketua G-33 dan salah satu dari sedikit anggota kunci WTO dari kalangan negara berkembang, Dirjen Azevedo sepakat dengan Mendag Enggar agar fokus diarahkan pada pencapaian tujuan daripada memaksakan cara tertentu untuk mencapai tujuan itu.
Dirjen Azevedo juga menjamin bahwa kesepakatan KTM Nairobi akan tetap menjadi basis menuju KTM Buenos Aires pada Desember mendatang.
Mendag Enggar, sehari sebelumnya (18/1), juga telah melakukan pertemuan bilateral dengan pejabat setingkat menteri dari Filipina, Kanada, Argentina, India, dan RRT. (PR)
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...