Loading...
EKONOMI
Penulis: Sabar Subekti 17:08 WIB | Senin, 20 Januari 2025

Indonesia Memulai Perdagangan Karbon Secara Internasional di BEI

Bursa Karbon Indonesia atau IDX Carbon meluncurkan perdagangan karbon secara internasional di Main Hall, Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, hari Senin (20/1/2025). (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM- Indonesia resmi memulai perdagangan karbon internasional sebagai bagian dari upaya mencapai target iklim nasional.

Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, menyampaikan bahwa langkah itu diambil untuk mendukung aksi nyata demi mencapai target iklim Indonesia yang tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC).

"Pemerintah Indonesia tengah berupaya untuk mencapai target NDC, salah satunya melalui implementasi mekanisme nilai ekonomi karbon, termasuk perdagangan karbon," kata Menteri LH, hari Senin (20/1/25).

Selain perdagangan karbon, Indonesia juga mendukung upaya pendanaan iklim dengan pembayaran berbasis kinerja yang sudah dilakukan dengan beberapa pihak dan dilakukan berdasarkan perkembangan teknologi.

Ia memastikan perdagangan karbon internasional ini dilakukan sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2021 Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca dalam Pembangunan Nasional.

Pemerintah juga sudah memperkuat Sistem Registri Nasional (SRN) dalam bagian dari peluncuran perdagangan karbon internasional, selain juga infrastruktur dan instrumen lain termasuk Standar Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi (Measurement, Reporting, and Verification/MRV) serta Sertifikat Pengurangan Emisi - Gas Rumah Kaca (SPE-GRK).

"Dengan elemen-elemen tersebut, bisa dipastikan sertifikat pengurangan emisi yang dikeluarkan Indonesia memiliki integritas yang tinggi," kata Menteri LH.

Perdagangan karbon itu akan melibatkan beberapa proyek energi strategis potensial, seperti pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro (PLTM) Gunung Wugul yang mengurangi 5.000 ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e).

Selain itu perdagangan karbon internasional akan melibatkan pengoperasian Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Priok Blok 4 yang diperkirakan dapat mengurangi emisi hingga 500.000 ton CO2e, konversi pembangkit single cycle menjadi combined cycle di PLTGU Grati Blok 2 yang berpotensi menurunkan emisi sebanyak 495.000 ton CO2e dan Blok 2 unit pembangkit di Muara Tawar berpotensi dapat menekan hingga 30.000 ton CO2e.

Terdapat juga potensi pengurangan dari pembangunan Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang diperkirakan mampu mengurangi emisi hingga 750.000 ton CO2e.

Internasional dan domestik, mungkin kita bicara 500.000 sampai 750.000 ton karbon (di 2025)

Target Hingga 750.000 Ton

Bursa Karbon Indonesia atau IDX Carbons menargetkan volume perdagangan unit karbon sebanyak 500.000 sampai 750.000 ton CO2 ekuivalen (tCO2e6) pada 2025.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, menyampaikan, target itu meliputi perdagangan karbon secara domestik dan internasional. “Internasional dan domestik, mungkin kita bicara 500.000 sampai 750.000 ton karbon (di 2025),” ujar Iman setelah Peluncuran Perdagangan Karbon Internasional di Gedung BEI, Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, IDX Carbon menargetkan secara akumulatif terdapat total sebanyak 200 pengguna jasa pada 2025. “Mungkin target kota 200 pengguna jasa,” kata Iman. Untuk target nilai transaksi perdagangan karbon pada 2025, ia menyampaikan masih perlu melihat harga unit karbon yang diperdagangkan untuk menetapkan target tersebut. “Saya mesti melihat harganya,” kata Iman.

Hingga 17 Januari 2025, total volume perdagangan unit karbon di IDX Carbon secara kumulatif mencapai sebanyak 1.131.000 ton CO2 ekuivalen (tCO2e) sejak diluncurkan pada 26 September 2023.

Pada periode ini, pengguna jasa dalam IDX Carbon tercatat sebanyak 104 pengguna jasa, dan jumlah nilai transaksi perdagangan karbon mencapai senilai Rp56,86 miliar.

Indonesia resmi memulai perdagangan karbon internasional yang ditandai dengan peluncuran di BEI, Jakarta, Senin (20/01/2025), sebagai bagian dari upaya mencapai target iklim nasional.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home