Indonesia Raih Penghargaan UNESCO Bidang Pendidikan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Setelah sebelumnya meraih penghargaan King Sejong Literacy Price pada 2012, Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Ditjen PAUD dan Dikmas), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), berhasil meraih penghargaan UNESCO-Japan Prize for Education for Sustainable Development 2015.
Dalam siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Sabtu, penerimaan penghargaan tersebut dilangsungkan di Paris, Kamis (5/11).
Penyerahan penghargaan tersebut disaksikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas Harris Iskandar, dan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Arief Rachman, Kepala Pusat Pengembangan Anak Usia Dini, Pendidikan Nonformal dan Informal (PPPAUDNI) Regional I Jayagiri Bandung Djajeng Baskoro selaku penanggung jawab penulisan naskah menerima penghargaan tersebut.
Keberhasilan Indonesia meraih penghargaan tersebut atas dasar keunggulan konsep pendidikan nonformal dan informal yang dibuat oleh Pusat PAUDNI Regional I Jayagiri Bandung, sebagai unit pelaksana teknis Ditjen PAUD dan Dikmas, yang menampilkan naskah program unggulan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan dengan judul "Eco-Friendly Entrepreneurship for Youth and Adults" atau program kewirausahaan bagi pemuda dan dewasa di pedesaan usia antara 18 sampai dengan 45 tahun.
Djajeng menjelaskan, program itu bertujuan untuk menciptakan wirausahawan baru berbasis keunggulan dan daya saing lokal untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga program ini pun diupayakan untuk melestarikan budaya lokal, serta mempertahankan konservasi lingkungan.
Metode yang diterapkan dalam program ini, kata Djajeng, menggambarkan kondisi kehidupan nyata melalui titik masukan (entry point) kewirausahaan dengan berbagai keterampilan vokasional, seperti kerajinan tangan wayang dan ukiran, budidaya ikan air tawar, pertanian sayuran organik, dan vokasi lainnya yang menggunakan bahan-bahan limbah dan daur ulang sebagai bahan baku.
Program itu juga menerapkan strategi kooperatif dan kompetitif yang mampu menstimulasi semangat kerja sama dan peduli dalam kelompok. Akan tetapi, dalam saat yang bersamaan memperkenalkan mereka ke dalam kompetisi yang sehat dengan kelompok lainnya.
Djajeng menjelaskan program itu merupakan pendekatan inovatif bagi pengembangan keterampilan kewirausahaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi lokal, interaksi sosial, dan pemanfaatan sumber daya berdasarkan prinsip-prinsip pedagogi dan berkelanjutan.
Pendekatan tersebut bermuara pada munculnya ekonomi lokal yang mencukupi, interaksi masyarakat yang kohesif dengan mempertahankan budaya lokal dan menjamin pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan melalui praktik nyata. (Ant)
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...