Indonesia sebagai Guest Country di Coffee Expo Seoul 2017
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Indonesia terpilih sebagai guest country pada pameran Coffee Expo Seoul yang akan berlangsung pada 6-9 April 2017 di Convention and Exhibition Center (COEX) Seoul, Korea Selatan.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag), Ari Satria, mengatakan tak mudah mendapatkan predikat guest country di pameran bergensi tersebut.
Predikat prestisius ini bakal menempatkan kopi Indonesia sebagai produk kopi terbaik dunia, mendapat tempat terhormat dan strategis, serta layak mendapat peliputan utama media-media di Korsel.
Menurut dia, negara penghasil kopi harus bisa menunjukkan kualitas terbaik kopi produksinya.
"Saya berharap produk kopi ini mampu memperbaiki neraca perdagangan RI-Korsel yang masih defisit. Sebab, potensi ekspor kopi ke Korsel sangat besar," kata Ari Satria dalam keterangan tertulis, hari Sabtu (31/12).
Setelah dinobatkan sebagai guest country, Kemendag mendorong para eksportir kopi berlomba memanfaatkan peluang besar ini.
“Terpilihnya Indonesia sebagai guest country harus dimanfaatkan maksimal, terutama dalam hal promosi beragam varian produk kopi Indonesia. Kopi Indonesia sangat potensial diterima di pasar Korsel, karena minum kopi sudah menjadi gaya hidup masyarakat Korsel,” kata dia.
Dia mengungkapkan, tahun 2017 akan menjadi tahun ke-3 partisipasi Indonesia dalam Coffee Expo Seoul.
Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Busan akan bekerja keras berpromosi di pameran kopi internasional terbesar di Korsel ini. Rencananya Paviliun Indonesia akan dibangun di area seluas 126 meter persegi dengan desain spesial yang menggambarkan keberagaman specialty coffee yang dimiliki berbagai daerah penghasil kopi di Indonesia.
Menurut dia, sebagai produsen kopi ke-4 di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, Indonesia harus terus melakukan promosi ke penjuru dunia.
“Walaupun kopi Indonesia mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan harga kopi Brasil dan Vietnam, kopi Indonesia tetap lebih unggul karena dikenal memiliki cita rasa dan keunikan khas yang tidak dimiliki kopi Brasil dan Vietnam," katanya.
Pada Coffee Expo Seoul, ditampilkan pula acara pendukung berupa roasting dan grinding kopi oleh barista terkenal dari dalam dan luar negeri. Kegiatan inilah yang juga menarik antusiasme publik untuk mengunjungi Coffee Expo Seoul.
Ari mengungkapkan bahwa perolehan Indonesia pada Coffee Expo Seoul 2016 cukup menggembirakan. Indonesia yang diwakili tujuh perusahaan, yaitu PT. Samtama Artanami, CV. Sukses Group, CV. Alpha Gemilang, PT. Leaf Power, Kopi Kamu, CV. Ulubelu, dan PT. Nedcoffee memperoleh potensi transaksi sebesar US$ 3 juta.
Pada Coffee Expo Seoul 2016 yang diselenggarakan 14-17 April 2016 itu, ITPC Busan membuat konstruksi khusus untuk Paviliun Indonesia bertemakan “Indonesia Home of Finest Coffee”.
Saat itu, Paviliun Indonesia tampil dengan konsep one island menghadirkan tujuh pilar yang mencerminkan tujuh daerah utama produsen kopi di Indonesia, yaitu Aceh, Medan, Jawa, Bali, Flores, Toraja, dan Papua.
Untuk menarik perhatian pengunjung ke Paviliun Indonesia, setiap harinya juga diputar film dokumenter “Aroma of Heaven” yang menceritakan keberagaman dan kekhasan kopi yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Perbaiki Neraca
Promosi produk unggulan Indonesia di Korsel, khususnya kopi, juga terus dilakukan ITPC Busan dengan berbagai inovasi, salah satunya melalui program mingguan Wednesday Coffee Day.
Kepala ITPC Busan, Indra Wijayanto, menjelaskan pada program tersebut, perusahaan atau masyarakat umum diundang untuk datang ke ruang pamer ITPC Busan untuk menikmati kopi dan makanan ringan Indonesia.
“Program ini dirasakan cukup menarik dan membawa hasil. Jumlah kunjungan semakin banyak dan respon terhadap produk yang ditawarkan juga cukup baik," kata Indra.
Dia mengharapkan melalui inovasi promosi, defisit neraca perdagangan nonmigas Indonesia terhadap Korsel dapat terus ditekan.
Neraca perdagangan nonmigas Indonesia terhadap Korsel pada tahun 2015 mengalami defisit sebesar US$ 838,93 juta. Nilai defisit ini mengalami penurunan sebesar 58,87 persen dari nilai defisit nonmigas Indonesia pada 2014 yang sebesar US$ 2,04 miliar.
Sementara itu, peluang pasar produk kopi di Korsel masih cukup besar. Hal ini terlihat dari nilai impor kopi Korsel dari dunia pada 2015 sebesar US$ 547,05 juta. Sedangkan, nilai ekspor produk kopi Indonesia ke Korsel pada 2015 sebesar US$ 10,81 juta.
Nilai ini mengalami kenaikan sebesar 30,86 persen dari nilai ekspor kopi Indonesia tahun 2014 yang senilai US$ 7,47 juta. Tren ekspor kopi Indonesia ke Korsel selama lima tahun (2011-2015) menunjukkan peningkatan sebesar 6,89 persen.
Ari menambahkan, penurunan nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Korsel harus segera diantisipasi dengan lebih mempromosikan produk ekspor nonmigas selain produk-produk primer yang selama ini mendominasi ekspor nonmigas Indonesia ke Korsel.
“Produk kelautan, makanan, dan minuman merupakan produk yang harus lebih aktif didorong promosinya dengan lebih aktif mendekati para importir di Korsel,” kata Ari.
Editor : Eben E. Siadari
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...