Industri Garmen Agresif Produksi Bahan Baku
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) atau garmen Indonesia terus melakukan ekspansi ke sektor hulu yang memproduksi bahan baku, yang dipandang mampu mengurangi ketergantungan impor.
"Selain dana yang kuat, perusahaan garmen punya `passion` yang kuat dan agresif untuk masuk ke hulu," kata Menteri Perindustrian, Saleh Husin melalui siaran pers, di Jakarta, hari Sabtu (23/1).
Untuk itu, Saleh mengatakan, pemerintah akan membantu dan mengawal industri tersebut agar secepatnya memproduksi bahan baku.
Menteri Saleh menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi pabrik garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) dan proyek pembangunan pabrik rayon milik anak usaha Sritex, PT Rayon Utama Makmur di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Apalagi, lanjut Saleh, bahan baku garmen berupa rayon yang diolah dari pulp dapat dihasilkan dari hutan tanaman industri eucalyptus di Indonesia.
Selain itu, pelaku usaha garmen nasional telah memiliki modal dan jaringan usaha untuk mengoperasikan industri hulu itu.
Industri tekstil diakui sebagai industri strategis baik dari nilai ekonomi maupun penciptaan tenaga kerja massal.
Sampai triwulan III tahun 2015, sektor TPT telah mencatat surlpus sebesar 3,34 miliar dollar AS dengan nilai ekspor mencapai 9,27 miliar dollar AS dengan serapan tenaga kerja mencapai 1,5 juta orang dan angka ini terus bertambah.
Sebagai informasi, saat ini Sritex tengah membangun pabrik rayon yang nantinya menghasilkan benang.
Presiden Direktur Sritex Iwan Setiawan mengatakan, pembangunan pabrik Rayon Utama tersebut mencapai 85 persen saat ini, dan ditargetkan mulai produksi pada Ju-Agustus 2016.
Fasilitas produksi terdiri dari 2 line dengan total kapasitas 80 ribu ton per tahun.
Menurut Iwan, perusahaannya berekspnsi ke sektor hulu lantaran ingin memperkuat kemandirian sandang nasional.
"Kami bervisi jangka panjang, bukan untuk puluhan tahun tapi bahkan ratusan tahun. Sangat berbahaya jika kita tidak mencukupi kebutuhan bahan baku," ujarnya.
Pabrik rayon tersebut juga dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga uap 30 mega watt, di mana Sritex juga turut membangun dan memperbaiki infrastruktur jalan di sekitar pabrik.
Total karyawan Sritex mencapai 53 ribu dan akan bertambah seiring pengembangan usaha baik di lini garmen maupun rayon.
Seperti anak usaha Sritex, Jaya Perkasa yang bakal membutuhkan sekitar 7.000 tenaga kerja.
Ke depan, Sritex berencana mengembangkan industri terintegrasi di Kalimantan, di mana perseroan akan membuka Hutan Tanaman Industri untuk memasok bahan baku ke pabrik pulp dan selanjutnya memproduksi rayon dan muaranya menghasilkan benang.
Presdir Rayon Utama Makmur Pramono mengatakan, kapasitas produksi pabrik itu diproyeksi mencapai 80-100 ribu ton per tahun.
"Ini bakal berkontribusi pada pemerataan industri di luar Jawa dan meningkatkan kualitas SDM," katanya.(Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...