Industri Pakaian Harus Mengurangi Bahan Kimia Berbahaya
HAMBURG, JERMAN, SATUHARAPAN.COM – Setelah selama 7 tahun Greenpeace mengkampayekan detoksifikasi industri pakaian , hasilnya menunjukkan ada 80 perusahaan mode yang berkomitmen untuk mengurangi bahan kimia berbahaya dari produksi pakaian mereka, hingga nanti pada tahun 2020 telah mencapai kemajuan yang signifikan.
Greenpeace telah meluncurkan kampanye anti bahan kimia berbahaya, dan mengamankan industri untuk menghentikan polusi sungai dan lautan. Ini menunjukkan untuk pertama kalinya langkah-langkah utama yang diambil oleh semua perusahaan di seluruh merek fashion, olahraga, mewah, ritel dan luar ruangan serta pemasok. Bersama-sama, perusahaan-perusahaan ini mewakili 15 persen dari produksi pakaian global.
"Kami telah membuat kemajuan besar dalam menghilangkan bahan kimia berbahaya, yang mencemari saluran air dan lingkungan kami , telah terjadi pergeseran paradigma besar dalam industri pakaian yang dipicu oleh kampanye anti bahan kimia berbahaya, dan bertanggung jawab atas produksi mereka, bukan hanya produk mereka," kata Bunny McDiarmid, Direktur Eksekutif Greenpeace Internasional, pada rilisnya pada Kamis (12/7).
Industri yang sedang Booming
Industri pakaian saat ini, sedang mengalami peningkatan pesat. Tahun 2017, konsumsi pakaian akan mencapai volume 62 juta ton dan sampai tahun 2030 diperkirakan tumbuh mencapai 102 juta ton.
Bagi manusia dan lingkungan, pertumbuhan ini menjadi masalah besar terutama di negara-negara berkembang. Permintaan untuk pakaian murah meningkat sangat cepat. Dalam proses produksinya, pewarnaan baju sering menggunakan bahan-bahan kimia beracun, terutama untuk membuat baju tidak mudah luntur dan tidak cepat berjamur.
Bahan-bahan kimia ini, yang berpotensi menyebabkan penyakit kanker, dan mempengaruhi perkembangan hormon, dengan mudah terbuang ke limbah air dan akhirnya ke dalam tanah. Di banyak negara memang sudah ada pengawasan limbah industri, namun di negara-negara seperti pabrik tekstil seperti Cina, Indonesia atau Mexiko, pengawasan sangat longgar atau bahkan tidak dilakukan sama sekali.
Masih Banyak yang Harus Dilakukan
"Industri tekstil adalah pengguna utama bahan-bahan kimia berbahaya, dan mereka juga pencemar terbesar air", kata Greenpeace ketika menggalang Kampanye anti bahan kimia berbahaya tahun 2011. Ketika itu Greenpeace menuntut produsen besar dan rumah-rumah mode, agar mengambil alih tanggung jawab dan menerapkan proses produksi yang lebih ramah lingkungan.
Sejak itu, sudah ada lebih 80 perusahaan besar yang mendeklarasikan komitmennya. Targetnya, sampai tahun 2020 industri tekstil tidak lagi menggunakan bahan kimia berbahaya. Indutri tekstil juga berjanji mengumumkan jalur pemasokan secara transparan, dan menghindari penggunaan 11 bahan kimia beracun yang paling berbahaya.
Nama-nama besar seperti Zara, H&M, Mango, Esprit, produsen pakaian olahraga Adidas, Puma dan Nike kini berpartisipasi dalam Kampanye Detox. Namun Greenpeace menekankan, "masih banyak yang harus dilakukan sampai 2020". Banyak perusahaan yang melaporkan kendala teknis dalam penerapan standar Greenpeace.
Selain perusahaan-perusahaan tekstil, Greenpeace menuntut agar pemerintah di negara-negara industri, menetapkan aturan dengan standar lingkungan yang ketat. Mereka juga menuntut industri kimia agar mengembangkan bahan-bahan pendukung tekstil yang lebih ramah lingkungan.
Kampanye Greenpeace telah mengubah lanskap pengelolaan bahan kimia, industri sekarang berfokus pada polusi dari rantai pasokannya, bukan hanya produknya, Zero Discharge of Hazardous Chemicals (ZDHC).
Selain kerjasama industri yang lebih baik, Greenpeace menyerukan peraturan lokal dan global dan untuk industri kimia, untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk mengembangkan alternatif yang lebih aman.
Perusahaan tekstil dan Greenpeace setuju bahwa menghilangkan penggunaan bahan kimia berbahaya, adalah langkah penting untuk mencapai ekonomi lingkaran untuk tekstil yang menghindari resirkulasi toksik yang tak terbatas melalui bahan daur ulang. (greenpeace.org/dw.com)
Wapres Lihat Bayi Bernama Gibran di Pengungsian Erupsi Lewot...
FLORES TIMUR, SATUHARAPAN.COM - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka mengunjungi seorang b...