Inflasi dan PDB Meleset, Rupiah Menuju Rp14.000 di Akhir Tahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sepinya kabar baik dari kinerja perekonomian Indonesia menyebabkan rupiah masih akan tertekan. Menurut analisis Samuel Sekuritas, inflasi bulan Juli yang masih di atas yang diharapkan serta pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang diperkirakan akan meleset dari target, akan menekan nilai tukar rupiah.
Sementara itu Chief Market Analyst ForexTime Ltd (FXTM), Jameel Ahmad, memperkirakan rupiah akan menuju Rp 14.000 per dolar AS sampai akhir tahun karena banyaknya tekanan dari eksternal mau pun internal karena belum adanya faktor positif di dalam perekonomian.
"Inflasi bulan Juli yang diumumkan di atas harapan, kembali menekan rupiah dan yield Surat Utang negara (SUN) walaupun di pasar global dollar index sudah mulai mereda penguatannya," demikian analisis Samuel Sekuritas, yang dilansir hari ini, Selasa (4/8).
Kemarin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menyatakan bahwa tingkat inflasi pada Juli 2015 mencapai 0,93 persen. Dengan angka inflasi bulanan ini, maka inflasi tahunan (yoy) bertengger di angka 7,26 persen, sama dengan inflasi tahunan pada bulan lalu. Padahal BI mengharapkan inflasi tahunan pada bulan Juli turun ke 7,13 persen, seiring dengan turunnya belanja konsumen seusai lebaran.
Menurut Samuel Sekuritas, tekanan pelemahan rupiah masih akan bertahan jika tanpa intervensi dari otoritas moneter. Pelemahan dolar akibat buruknya data perekonomian AS, sepertinya tidak berdampak pada rupiah. Sebabnya ialah karena harapan buruknya angka PDB kuartal kedua 2015 yang akan diumumkan besok.
Menurut Samuel Sekuritas, PDB kuartal kedua diperkirakan hanya mencapai 4,6 persen lebih rendah dari yang diperkirakan 4,7 persen. "Rupiah berpeluang kembali tertekan hari ini walaupun dollar index bisa mengurangi derajat pelemahannya," tulis Samuel Sekuritas, melalui laman resminya, samuel.co.id.
Dalam kesempatan terpisah, Jameel Ahmad mengatakan ada tiga faktor eksternal yang membuat rupiah melemah. Pertama adalah kenaikan suku bunga The Fed 9bank sentral AS) yang diperkirakan akan dinaikkan pada September. Kedua, aksi jual komoditas dan ketiga pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat.
"Tiongkok harus diantisipasi. Mereka mitra dagang Indonesia. Akan tergantung juga harga komoditas menjadi stabil, aksi penjualan tidak apa-apa, asal kemudian stabil, asalkan ada aksi penjualan yang terus tertekan. Sehingga gerak rupiah bisa baik," tutur dia dalam wawancara dengan Metrotvnews.com.
"Karena banyak tekanan dari eksternal, serta internal belum sama sekali positif, akan ada tekanan baru, nampaknya sampai Rp14.000 per dolar AS hingga akhir tahun," kata Jameel Ahmad.
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...