Inflasi Mencapai 7,5%, Tertinggi di 19 Negara Pengguna Euro
BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM- Inflasi mencapai rekor tertinggi pada bulan April pada 19 negara yang menggunakan euro karena meroketnya harga bahan bakar yang didorong oleh perang di Ukraina. Ini membebani pemulihan ekonomi kawasan itu dari pandemi virus corona.
Inflasi tahunan mencapai 7,5% untuk bulan tersebut, melampaui rekor lama 7,4% dari Maret, badan statistik Eurostat mengatakan Jumat (29/4). Angka April adalah rekor keenam berturut-turut yang dilaporkan untuk zona euro.
Eurostat mengatakan harga energi melonjak 38%, indikasi bagaimana invasi Rusia ke Ukraina mempengaruhi 343 juta orang di zona euro. Lonjakan harga di Eropa mencerminkan beberapa faktor yang sama yang mendorong inflasi tahunan Amerika Serikat menjadi 8,5% pada bulan Maret, tertinggi sejak 1981.
Kekhawatiran bahwa perang dapat menyebabkan gangguan pasokan minyak atau gas dari Rusia, pengekspor minyak terbesar dunia, telah mendorong kenaikan harga minyak dan gas alam. Ketidakpastian muncul di atas rebound permintaan global selama pemulihan dari pandemi dan pendekatan yang hati-hati untuk meningkatkan produksi dari kartel minyak OPEC dan negara-negara sekutu, termasuk Rusia.
Pemerintah serta rumah tangga merasakan dampak inflasi yang tinggi. Jerman menjatuhkan biaya untuk mendukung energi terbarukan pada tagihan listrik, menghemat keluarga sekitar 300 euro (US$ 317) per tahun. Serikat industri IG Metall Jerman mengusulkan kenaikan tahunan 8,2% untuk pekerja baja negara itu yang akan melakukan pembicaraan upah.
Pemimpin sayap kanan Prancis, Marine Le Pen, menjadikan inflasi sebagai masalah utama dalam tantangannya yang gagal kepada Presiden Emmanuel Macron dalam pemilihan presiden Prancis bulan ini.
Kekhawatiran tentang harga pemanas, listrik, dan bahan bakar mobil yang lebih tinggi adalah salah satu faktor yang menahan pemerintah Eropa untuk memutuskan menghentikan impor energi dari Rusia sebagai bagian dari sanksi atas invasi Kremlin ke Ukraina.
“Perang di Ukraina merupakan kemunduran besar bagi pemulihan ekonomi zona euro,” kata Tej Parikh, direktur tim ekonomi Fitch Ratings.
Inflasi juga memberikan tekanan yang tidak nyaman pada Bank Sentral Eropa untuk melihat kenaikan suku bunga dari rekor terendah dalam beberapa bulan mendatang. Tingkat yang lebih tinggi untuk meredam inflasi juga dapat membebani pemulihan yang telah terguncang oleh krisis energi, perang, dan wabah terbaru COVID-19.
Eurostat mengatakan pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 0,2% dalam tiga bulan pertama tahun ini karena pembatasan sukarela dan pemerintah selama penyebaran varian Omicron yang sangat menularditambah dengan inflasi yang lebih tinggi untuk menahan permintaan karena orang-orang mengurangi penggunaan kegatan tatap muka. Angka kuartal pertama turun dari 0,3% dalam tiga bulan terakhir tahun 2021.
Di antara ekonomi utama Eropa, Jerman tumbuh 0,2%, menghindari resesi setelah output turun 0,3% pada akhir tahun 2021. Prancis mengalami stagnasi pada pertumbuhan nol karena pembatasan pemerintah selama gelombang varian Omicron mengganggu aktivitas. Ekonomi Italia menyusut 0,2% karena ekspor menurun.
Perang, yang dimulai 24 Februari, lebih dari setengah kuartal, kemungkinan akan membebani pertumbuhan selama beberapa bulan mendatang.
"Meningkatnya inflasi dan dampak dari perang Ukraina berarti bahwa PDB kemungkinan akan berkontraksi" pada kuartal kedua, "sementara kenaikan besar lebih lanjut pada inflasi inti bulan April memperkuat kasus untuk kenaikan suku bunga Juli" oleh ECB, kata Andrew Kenningham, kepala Eropa ekonom di Capital Economics. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...