Inflasi Naik Akibat Invasi Rusia di Ukraina, Mesir Minta Dukungan IMF
KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Mesir meminta dukungan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menerapkan program ekonomi yang komprehensif, IMF mengatakan itu pada hari Rabu (23/3). Dan menambahkan bahwa fleksibilitas nilai tukar yang berkelanjutan akan sangat penting untuk menyerap guncangan eksternal.
IMF bekerja sama dengan pihak berwenang Mesir untuk mempersiapkan diskusi tentang program tersebut, dengan maksud untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan, kaya lapangan kerja dan inklusif, tambahnya.
Mesir telah menghadapi tekanan ekonomi baru terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina, yang mendorong investor asing untuk meninggalkan pasar negara berkembang.
Pada hari Senin (21/3), Mesir membiarkan mata uangnya terdepresiasi tajam setelah sebagian besar tetap stabil selama beberapa tahun.
Rusia dan Ukraina adalah pengekspor utama gandum ke Mesir, yang biasanya importir utama dunia, dan sumber utama pariwisata.
"Lingkungan global yang berubah dengan cepat dan dampak yang terkait dengan perang di Ukraina merupakan tantangan penting bagi negara-negara di seluruh dunia, termasuk Mesir," kata IMF dalam sebuah pernyataan.
“Fleksibilitas nilai tukar yang berkelanjutan akan sangat penting untuk menyerap guncangan eksternal dan menjaga penyangga keuangan selama waktu yang tidak pasti ini. Kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati juga akan diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi,” katanya dikutip Reuters.
Inflasi tahunan Mesir mencapai 10% pada Februari, tertinggi sejak pertengahan 2019, menurut badan statistik nasional (CAPMAS), karena perang di Ukraina mendorong kenaikan harga di seluruh dunia, terutama untuk gandum, menurut laporan Africanews.
Pada Februari 2021, tingkat inflasi berada di puncak 4,9%, menurut CAPMAS. Pada Februari 2022, melonjak menjadi 10% karena harga makanan dan minuman, termasuk sayuran, buah, roti dan sereal, naik 20,1%, kata badan pemerintah itu.
Pada Juli 2017, inflasi telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa sebesar 34,2%, sebelum turun lagi. Pada Mei 2019, turun kembali menjadi 11%.
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...