Inggris Bangun Tembok di Calais untuk Cegah Migran
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Inggris mulai membangun tembok di pelabuhan Calais, Prancis utara untuk mencegah migran melompat naik truk menunju negara itu. Pembangunan itu berdasarkan kesepakatan awal tahun ini, kata kementerian dalam negeri, hari Rabu (7/9).
Tembok setinggi empat meter sepanjang satu kilometer itu akan dibangun di jalan menuju pelabuhan mulai bulan ini, dan harus selesai pada akhir tahun ini, kata para pejabat, menurut laporan AFP.
Tembok yang didanai oleh pemerintah Inggris itu berdasarkan hasil pertemuan puncak pada bulan Maret, dan akan melengkapi pagar keamanan yang sudah ada di sekitar pelabuhan dan pintu masuk ke terowongan bawah laut.
"Kami akan segera mulai membangun tembok baru yang besar. Kami telah membuat pagar, sekarang kita membangun dinding," kata menteri junior, Robert Goodwill kepada sebuah komite parlemen pada Selasa (6/9).
Pembangunan tembok itu diperkirakan menelan dana skitar € 2,7 juta atau sekitar US$ 3 juta. Dan akan menjadi fasilitas mencegah masuknya imigran yang merupakan masalah serius bagi Eropa dalam satu dasawarsa belakangan ini.
Pagar Pembatas
Selain itu, Hongaria telah membangun pagar di perbatasan dengan Serbia. Dan Austria mengumumkan rencana untuk membangun pagar baru yang besar di sepanjang perbatasan dengan Hongaria sebagai upaya menutup rute migran di Balkan.
Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, mengatakan dia berencana membangun dinding di sepanjang perbatasan dengan Meksiko, yang didanai oleh pemerintah Meksiko jika dia terpilih.
Kamp The Jungle
Dinding di Calais itu disepakati setelah puluhan ribu migran berusaha penyeberangan terowongan pada tahun lalu dengan menaiki truk dan kapal feri.
Para sopir truk Prancis dan petani menjadi marah, dan mereka memblokir rute utama keluar masuk Calais pada hari Senin (5/9) sebagai protes dan menuntut penutupan kamp migran, The jungle.
The Jungle merupakan kamp kumuh dengan tenda dan menjadi tempat penampungan darurat. Ada sekitar 7.000 migran, tetapi sejumlah badan amal mengatakan jumlahnya mungkin lebih dari 10.000 setelah masuknya musim panas ini.
Migran dari kamp tersebut kadang-kadang menggunakan cabang-cabang pohon untuk menghambat laju truk dalam perjalanan ke Inggris, tujuan yang mereka pilih.
Ketika truk melambat, para migran mencoba untuk memanjat ke truk dan menyelinap menuju negeri itu.
Para sopir mengatakan, para migran dan geng perdagangan manusia menyerang kendaraan mereka dengan batang dari logam.
Menurut mereka, meskipun ada sekitar 2.100 petugas di sekitar pelabuhan, tetapi polisi kewalahan dan tidak mampu mengamankan jalan.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve, dalam kunjungan ke The Jungle, berjanji untuk menutup kamp itu secepat mungkin, dan akan dilakukan secara bertahap.
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...