Inter-Tabac Asia Batal, Indonesia Bukan Negara yang Ramah bagi Pameran Rokok
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Inter-Tabac Asia merupakan sebuah ajang promosi produk dan teknologi rokok internasional yang rencananya akan diadakan di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC) pada 27-28 Februari 2014 lalu. Namun, rencana tersebut gagal dilaksanakan.
Masyarakat dan pemerintah daerah Bali memutuskan untuk menolak penyelenggaraan pameran tembakau tersebut. Dalam siaran pers-nya, selain masyarakat ada juga organisasi, lembaga dan komunitas yang peduli terhadap pengendalian tembakau. Di negara Jerman, para aktivis telah lebih dulu menolak pameran Inter-Tabac yang dilakukan di negara mereka maupun yang dilakukan di negara lain.
Di Indonesia, Yosef Rabindanata Nugraha, adalah anak muda yang rindu untuk menjadikan Indonesia bebas rokok. Melalui programnya, Indonesia Bebas Rokok, dia menggalang dukungan masyarakat Indonesia dengan membuat petisi online melalui situs change.org bersama Max Vollmer yang juga merupakan ketua dari organisasi Deutscher Jugendschutzverband di Dortmund pada tanggal 1 Desember 2013. Petisi tersebut berhasil ditandatangani oleh lebih dari 12 ribu orang, diantaranya adalah 8 ribu masyarakat Indonesia, 3 ribu masyarakat Jerman dan selebihnya adalah masyarakat dari negara lain.
Petisi itu ditujukan langsung kepada wali kota Dortmund, kota penyelenggara Inter-Tabac Asia. Pada tanggal 3 Februari 2014 lalu, Yosef, Max dan aktivis pengendalian tembakau mengantarkan petisi tersebut kepada wali kota Dortmund. Sayangnya, mereka tidak bertemu langsung dengan wali kota. Namun, petisi tersebut langsung diterima oleh sekretaris dari wakil wali kota Dortmund yang berjanji akan disampaikan langsung kepada wali kota.
Menang, namun Perjuangan Belum Berakhir
Setelah memenangkan petisi tersebut yang pada akhirnya membuat pemerintah daerah Bali menolak untuk menjadi tuan rumah bagi pameran rokok terbesar bukan berarti perjuangan para aktivis pengendali tembakau berakhir sampai di situ.
Dalam konferensi pers yang diselenggarakan di Sekretariat Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (3/3), Yosef mengatakan,”Meskipun kita menang dalam petisi ini, namun perjuangan kita untuk mengendalikan tembakau belum berakhir.”
Sedangkan dalam siaran pers, pendiri change.org Indonesia, Arief Azis, menyatakan bahwa, “Ini adalah kemenangan pertama kali di change.org yang melibatkan penggagas petisi dari dua negara yaitu Indonesia dan Jerman.”
“Semakin hari, masalah-masalah kita tidak terbatas oleh garis-garis geografis. Masalah Indonesia terkait dengan masalah dunia dan sebaliknya. Namun, teknologi yang kita miliki sekarang membuat aktivis bergerak tanpa batasan-batasan tersebut.”
Dengan dibatalkannya Inter-tabac Asia, merupakan sebuah kemajuan besar bagi Bali dan Indonesia. Namun, peluang dipindahnya pameran tersebut ke kota lain di Indonesia masih cukup besar. Seperti Pemerintah Provinsi Bali, dibutuhkan komitmen dari berbagai daerah di Indonesia untuk menolak pameran rokok yang diadakan di Indonesia. Menerima atau mengadakan pameran rokok, sama saja menjadikan Indonesia sebagai tempat sampah bagi industri rokok yang hampir di seluruh dunia, industri rokok sudah ditolak. (PR)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...