IPhone Menghadapi Tantangan di Pasar China
BEIJING, SATUHARAPAN.COM – Sihir iPhone sebagai smartphone yang harus dimiliki di China, terkikis. Tahun lalu, para pembeli yang penuh semangat di Beijing menunggu semalaman di cuaca beku untuk membeli iPhone 4S. Tekanan untuk mendapatkannya—dan keuntungan yang akan dibuat dengan menjual ponsel langka—mendorong beberapa melempari toko dengan telur ketika Apple, khawatir tentang jumlah kerumunan, menunda penjualan iPhone 4S.
Namun, hanya 18 bulan kemudian, banyak warga China pecinta gadget menanggapi dengan mengangkat bahu pekan ini ketika Apple Inc meluncurkan dua versi baru dari iPhone 5. Pasar saat ini dipenuhi berbagai alternatif: dari Samsung sampai merek lokal yang sangat murah.
“Tidak ada perubahan besar, tidak yang mengherankan sama sekali,” kata Gu Lanjun, karyawan perempuan (29) sebuah bank di Shanghai. Setelah berganti tiga model iPhone terbaru, dia berkata, ”Aku tidak akan meng-update-nya kali ini.”
Ini menunjukkan Apple harus berjuang mempertahankan pangsa menyusut di tengah ramainya pasar smartphone yang makin kompetitif di China dan harga premium produk-produk Apple.
Ini penting karena China adalah bagian penting dari rencana pertumbuhan Apple. CEO Tim Cook mengatakan kepada kantor berita resmi Xinhua pada Januari, ia mengharapkan negara ini dapat melewati Amerika Serikat sebagai pasar terbesar.
“Posisi pasar Apple di China telah mengalami stagnasi,” kata analis telekomunikasi Jan Dawson dari Ovum, perusahaan riset.
Satu masalah, kata dia, mungkin bahwa harga produk Apple yang mahal membatasinya untuk membidik pasar lebih banyak. Di sisi lain, calon pelanggan yang menginginkan iPhone sudah memiliki satu.
Kedua model diresmikan minggu ini “sebagian besar akan dijual kepada pelanggan yang ada dan tidak akan menggapai pelanggan baru,” kata Dawson.
IPhone sebelumnya menjadi simbol status di China bahkan sebelum secara resmi dijual di sini.
Pembeli membayar setara ratusan dollar (jutaan rupiah) untuk mendapatkan handset yang didatangkan dari Hong Kong dan dimodifikasi untuk bekerja pada jaringan telepon China. Perusahaan-perusahaan memperlakukan iPhone sebagai barang mewah. Mereka membeli ratusan telepon seluler itu untuk dihadiahkan kepada pelanggan penting pada perayaan Tahun Baru China.
Sekarang, Apple menghadapi persaingan yang lebih ketat. Samsung telah membuat terobosan ke segmen pasar premium. Untuk pasar massal di negara dengan pendapatan tahunan rata-rata hanya sekitar US$ 4.000 (Rp 44 juta) per orang, kurang dari sepersepuluh pendapatan warga AS, pendatang baru seperti Xiaomi (produk China) menawarkan smartphone yang menjalankan sistem Android dengan harga 799 Yuan (Rp 1,75 juta).
Pesatnya pertumbuhan smartphone murah, pasar yang tidak dimasuki Apple, ikut andil mengecilkan pangsa pasar secara keseluruhan bahkan pertumbuhan penjualan.
Saham Apple di pasar smartphone China turun hampir setengahnya, dari 9,1% menjadi 4,8%, tahun lalu, menurut perusahaan riset Canalys.
Apple tampaknya berusaha menangkap sebagian dari pasar lebih murah dengan mengumumkan, minggu ini, harga yang lebih rendah. Namun, website iPhone menyatakan harga mulai dari 4.488 Yuan (Rp 8 juta) di China, jauh di atas ekspektasi analis, 2.500 Yuan (Rp 4,5 juta).
“Orang-orang mengharapkan versi jauh lebih murah untuk memperluas pasar ke segmen menengah. Tapi itu tidak terjadi,” kata analis CK Lu dari Gartner Inc. “Kami tidak melihat banyak yang terjadi di pasar China dengan peluncuran produk baru.” Investor menilai dua iPhone terbaru dari Apple adalah tawaran setengah hati.
Saham turun 6% dalam perdagangan AS pada Rabu (11/9) setelah pengumuman itu. Saham Apple telah jatuh hampir 30% sejak mencapai puncak $705,07 (Rp 8 juta)/lembar ketika iPhone terakhir keluar.
Apple juga mengecewakan pengamat dengan tidak mengumumkan perjanjian dengan China Mobile Ltd, perusahaan telepon terbesar di dunia berdasarkan jumlah pelanggan, meskipun Apple menyangkal. Mereka mengatakan tidak ada kesepakatan.
Setelah pengumuman minggu ini bahwa operator seluler terbesar di Jepang, NTT DoCoMo, akan mendukung lineup iPhone baru, China Mobile adalah kegagalan kesepakatan besar terakhir. Suatu kaitan dibutuhkan Apple untuk membuat iPhone yang berjalan pada standar ponsel China, termasuk punya mitra yang memiliki 750 juta pelanggan.
Rilis terbaru iPhone juga menandai peningkatan pemasaran Apple di China. Untuk pertama kali, model baru akan dirilis di China pada waktu yang sama seperti debut pada 20 September di AS dan pasar besar lainnya seperti Inggris, Jepang, dan Prancis. Di 100 negara-negara lain, iPhone 5S dan 5C tidak akan dijual hingga Desember.
Namun, inden untuk iPhone 5S dan 5C telah “jauh lebih rendah” dibandingkan model-model sebelumnya, menurut Zhang Xue, pramuniaga untuk China Telecom Ltd, salah satu dari dua operator China yang mendukung iPhone. “Pelanggan jauh lebih cuek dengan lineup iPhone terbaru,” kata Zhang.
Apple tetap memiliki banyak pengagum kuat di China, tetapi beberapa mengeluh iPhone terbaru menawarkan terlalu sedikit kemajuan teknis. Liu Guanlin, junior di Beijing Contemporary Music Academy, mengatakan ia pindah Samsung Galaxy ke iPhone karena sistem operasi Apple tampak lebih stabil. Namun dia mengatakan 5C tidak terlihat cukup berharga.
“Saya memiliki banyak produk Apple, namun keluhan saya tentang iPhone adalah tidak memiliki inovasi,” kata Liu.”Saya tidak bisa melihat terobosan besar dalam model-model terbaru. Begitu mengecewakan.”
Orang lain mengeluh Apple gagal memenuhi standar desain yang stylish. “Cover-nya terlihat norak. Orang merasa kembali ke 10 tahun lalu,” kata Gu, pegawai bank Shanghai.”Saya lebih suka menunggu untuk iPhone 6 dan jika masih tidak banyak perubahan, saya akan berpikir tentang beralih ke merek lain.” (9news.com)
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...