Iran 25 Tahun Pasca Khomeini, Ekonomi Sangat Lemah
IRAN, SATUHARAPAN.COM – Seperempat abad setelah kematian Ayatollah Ruhollah Khomeini, kondisi ekonomi Iran sangat lemah.
Analis ekonomi Saeed Laylaz yang berpusat Universitas Shahid Beheshti (Shahid Beheshti University) di Teheran menyebut praktek ekonomi Iran sangat lemah. "Tanpa ada ekonomi yang kuat maka tidak ada pengaruh geopolitik," kata Saeed Laylaz.
Sementara Dina Esfandiary, ahli Iran di lembaga keamanan global Institut Internasional untuk Studi Strategis (International Institute for Strategic Studies), meyakini pengaruh regional Teheran tengah menghadapi pukulan. Karena sekutu tradisionalnya, Suriah, tengah dilanda perang saudara. Sementara Gerakan Islam Palestina Hamas juga menjauhkan diri, katanya.
Kekuatan Iran di Timur Tengah berasal dari stabilitas pertumbuhan ekonomi di akhir 1990-an dan awal 2000-an. Ini adalah hasil kebijakan yang dilaksanakan dua presiden sebelum Mahmoud Ahmadinejad.
Republik Islam Iran didirikan Ayatollah Ruhollah Khomeini pada 1979 dengan visi kehidupan demokrasi Islam. Khomeini dikagumi kaum revolusioner karena menggulingkan dinasti Shah Iran yang didukung Amerika Serikat. Misi revolusinya dia nyatakan untuk membersihkan Iran dari pengaruh buruk Barat dan racun pemerintahan korup.
Ketika Khomeini meninggal pada tahun 1989, negara itu bergulat dengan pasca perang delapan tahun dengan Saddam Hussein Irak. Saat itu perekonomian Iran telah diisolasi.
Rabu (4/6) menandai 25 tahun Republik Islam Iran tanpa pendirinya, Ayatollah Ruhollah Khomeini. Pemimpin spiritual dan politisi karismatik itu masih selalu hadir pada uang kertas, potretnya terpajang di kantor-kantor publik, dan poster jalanan yang tidak terhitung jumlahnya. Tetapi negara ini disebut para analis menghadapi tantangan menakutkan yang diakibatkan bergulat dengan persoalan ekonomi. Iran sampai dengan hari ini masih berjuang mencari jalan keluar dari isolasi ekonomi dan diplomatik yang berlatar belakang pertarungan politik.
Mahmoud Ahmadinejad yang memimpin pemerintahan pada 2005-2013 telah dituduh salah mengurus ekonomi negara itu. Kebijakan populisnya dan distribusi kekayaan Iran berupa bantuan tunai dalam skema yang kontroversial justru memangkas subsidi. Rezim ini menguat karena sanksi keras kekuatan-kekuatan dunia yang memaksa Iran membatasi program nuklirnya.
Perbaikan Ekonomi
Hari ini Presiden Hassan Rouhani menghadapi tugas yang sama dalam memperbaiki hubungan dengan dunia pasca kebijakan luar negeri destruktif Mahmoud Ahmadinejad. Mahmoud Ahmadinejad yang telah mendorong negara itu ke padang gurun diplomatik dan mendekati api perang.
Hassan Rouhani mengatakan jalan keluar Iran dari kesengsaraan terletak pada penguatan ekonomi yang kini stagnan, berjuang menghadapi tingginya inflasi, dan besar angka pengangguran dua digit. Hassan Rouhani juga berkeinginan memecahkan masalah nuklir dan membuktikan kepada dunia bahwa program atom Teheran damai.
"Inflasi telah terus melambat dan pemerintah teknokratis Rouhani... telah mengendalikannya. Tetapi dia tetap perlu untuk mengamankan bantuan karena sanksi signifikan atas kebijakannya terus berjalan," kata Dina Esfandiary.
Hassan Rouhani menyatakan diri sebagai Presiden moderat Iran. Tetapi dia juga harus mengatasi kritik domestik di tengah rekonsiliasi dengan Barat dan melihat segala macam kompromi dengan Teheran mengatakan atas hak nuklir Iran sebagai batas kedaulatan.
Dalam pertemuan negara yang diselenggarakan untuk memperingati Khomeini, para pendukungnya berkumpul di tempat peziarahan di selatan Teheran pada hari Rabu untuk mendengarkan penggantinya, Ayatollah Ali Khamenei.
Khamenei menetapkan peran yang diambil Iran dan memegang keputusan terakhir untuk urusan utama negara. Dalam pertemuan itu Khamenei memperingatkan perselisihan internal yang diakibatkan upaya Amerika Serikat untuk menabur perselisihan di antara para pemimpin Iran.
Meskipun Khamenei tidak mengacu pada perundingan nuklir yang sedang berlangsung, dia mengatakan Amerika Serikat tidak akan melancarkan intervensi militer baru sebagai acuan ancaman dari Amerika Serikat. Semua opsi tetap di atas meja menunjukkan kasus diplomasi gagal dalam mengekang program nuklir Iran.
Hassan Rouhani menahkodai friksi dalam sistem politik Iran yang beragam. Dia juga menapaki jalur yang baik dalam melaksanakan janji kebebasan sosial yang lebih. Hal ini membantunya memenangkan kursi kepresidenan pada musim panas lalu.
Sementara Khomeini telah lama menolak sarana teknis peradaban Barat, Khamenei justru mewaspadai invasi budaya luar negeri. Internet, yang masih sangat kuat disensor di Iran menjadi fokus perhatian itu meskipun sebagian besar orang muda dan berpendidikan telah melek teknologi. (yourmiddleeast.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...