Iran Gelar Pemilihan Presiden, Ebrahim Raisi Difavoritkan
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memberikan suaranya di Teheran pada hari Jumat (18/6) untuk pemilihan presiden, dan secara resmi membuka pemilihan itu, kata seorang reporter AFP.
Hampir 60 juta pemilih yang memenuhi syarat dapat memberikan suara mereka, dan hasilnya diharapkan diketahui sekitar hari Sabtu (19/6) siang, kata pihak berwenang.
Rakyat Iran mulai memberikan suara pada hari Jumat dalam pemilihan presiden yang kemungkinan akan dimenangkan oleh seorang hakim yang sangat setia pada pendirian agama. Namun banyak orang diperkirakan mengabaikan pemungutan suara, karena ketidakpuasan dengan kesulitan ekonomi dan aturan garis keras.
Pemilu ini dalam ketidakpastian seputar upaya Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklirnya tahun 2015, dan meningkatnya kemiskinan di dalam negeri setelah bertahun-tahun sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat. Jumlah pemilih dalam pemungutan suara dilihat oleh para analis Iran sebagai referendum tentang penyerahan kepemimpinan dari pemimpin yang berbagai krisis.
Iran mendesak pemilih untuk mengesampingkan keluhan, ambil bagian dalam pemilihan presiden. "Setiap suara penting... datang dan pilih, dan pilih presiden Anda... ini penting untuk masa depan negara Anda," kata Pemimpin Tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei, setelah memberikan suaranya di ibu kota, Teheran.
Televisi pemerintah menayangkan antrean panjang di luar tempat pemungutan suara di beberapa kota.
Calon dari garis keras, Ebrahim Raisi, 60 tahun, sekutu dekat Khamenei, difavoritkan untuk menggantikan petahana Hassan Rouhani, yang dilarang mencalonkan menurut konstitusi untuk menjalani masa jabatan empat tahun ketiga.
Kemenangan bagi ulama Syiah itu akan mengkonfirmasi kematian politik para politisi pragmatis seperti Rouhani, yang dilemahkan oleh keputusan AS yang keluar dari kesepakatan nuklir dan menerapkan kembali sanksi dalam sebuah langkah yang menghambat pemulihan hubungan dengan Barat.
Tetapi itu tidak akan mengganggu upaya Iran untuk menghidupkan kembali perjanjian dan membebaskan diri dari sanksi minyak dan keuangan yang keras, kata para pejabat Iran. Para ulama yang berkuasa di negara itu sadar bahwa nasib politik mereka bergantung pada penanganan kesulitan ekonomi yang memburuk.
“Tantangan utama Raisi adalah ekonomi. Ledakan protes tidak akan terhindarkan jika dia gagal menyembuhkan penderitaan ekonomi bangsa,” kata seorang pejabat pemerintah.
Khamenei mengimbau pada hari Rabu untuk jumlah pemilih yang besar, dengan mengatakan bahwa unjuk kekuatan seperti itu akan mengurangi tekanan asing terhadap Republik Islam.
Jajak pendapat resmi menunjukkan jumlah pemilih sekitar 41 persen, jauh lebih rendah daripada pemilihan sebelumnya. (AFP/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...