Iran Tangkap 67 Orang Yang Protes Kekeringan di Isfahan
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Iran menangkap lebih dari 60 orang sehubungan dengan protes hari Jumat (26/11) atas kekurangan air di pusat kota Isfahan, menurut laporan media pemerintah pada hari Sabtu (27/11).
Pasukan keamanan sejauh ini telah menangkap 67 orang yang disebut sebagai "agen dan motivator utama" kerusuhan hari Jumat, kata kantor berita semi-resmi, Fars, mengutip Hassan Karami, kepala unit khusus polisi.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Ned Price, menyatakan "keprihatinan mendalam" atas tindakan keras terhadap para pemrotes Iran.
Dia berkata: “Sangat prihatin dengan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa damai di Isfahan. Rakyat Iran memiliki hak untuk menyuarakan rasa frustrasi mereka dan meminta pertanggungjawaban pemerintah mereka.”
Washington telah berulang kali mengecam Teheran atas tindakan kerasnya terhadap protes di seluruh negeri, sambil mengekspresikan solidaritas dengan hak publik Iran untuk protes damai.
Pasukan keamanan Iran bentrok pada hari Jumat (26/11) dengan demonstran yang memprotes kebijakan pengelolaan air pemerintah di Isfahan, video yang dibagikan di media sosial menunjukkan itu.
Pasukan keamanan menyerang pengunjuk rasa dengan tongkat di dasar Sungai Zayandehrud yang telah kering, dan menembakkan gas air mata untuk membubarkan mereka, beberapa video yang dibagikan di media sosial menunjukkan itu.
Karami menyalahkan “elemen anti revolusioner” atas kekerasan di Isfahan. Para pejabat Iran menggunakan istilah "anti revolusioner" untuk merujuk pada kelompok-kelompok yang menentang Republik Islam Iran.
Hak Asasi Manusia Iran, sebuah kelompok hak asasi yang berbasis di Oslo, mengatakan pasukan keamanan menangkap lebih dari 120 orang atas protes di Isfahan.
Sungai Zayandhrud yang dulu terkenal di Isfahan, yang telah mengering karena kekeringan dan salah urus, telah menjadi tempat protes yang dipimpin oleh petani terhadap kebijakan pengelolaan air pemerintah sejak 12 November.
Tetapi pada hari Jumat protes berubah menjadi isu politik dengan beberapa pengunjuk rasa meneriakkan "matilah diktator," membidik Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dan rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan teriakan itu.
Namun pejabat pemerintah menyalahkan curah hujan yang rendah untuk kekurangan air di Isfahan dan di tempat lain di negara itu.
Pada bulan Juli, protes mematikan pecah di Provinsi Khuzestan karena kekurangan air. Setidaknya delapan pemrotes tewas menurut kelompok hak asasi manusia, Amnesty International; Pejabat Iran belum mengungkapkan jumlah korban.
Protes di Iran telah meningkat selama dua tahun terakhir, terjadi lebih sering dan menjadi lebih keras. Publik marah dengan rezim atas kondisi kehidupan yang buruk, karena sanksi internasional telah menekan ekonomi negara dan melumpuhkan mata uang.
Para pengunjuk rasa berdemonstrasi menentang kenaikan harga gas, inflasi, dan kekurangan air. Demonstrasi akhirnya mengambil sifat politik dengan banyak orang menyalahkan rezim dan korupsi pemerintah atas kesengsaraan kehidupan sehari-hari mereka. (Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...