Iran Tangkap Pengacara HAM, Karena Tidak Mengenakan Jilbab
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang Iran menangkap seorang pengacara hak asasi manusia terkemuka pada Minggu (29/10) setelah dia menghadiri pemakaman seorang gadis remaja yang meninggal setelah terluka beberapa pekan lalu dalam insiden misterius di Metro Teheran.
Laporan dari kantor berita semi resmi, Fars, yang dekat dengan pasukan keamanan negara itu, mengatakan pihak berwenang menahan Nasrin Sotoudeh atas tuduhan melanggar undang-undang wajib jilbab di Iran.
Banyak outlet berita Iran lainnya yang menerbitkan ulang laporan tersebut dan mengatakan ada beberapa penangkapan di pemakaman Armita Geravanad, yang juga tidak mengenakan jilbab saat dia terluka.
Pada hari Sabtu, Sotoudeh yang berusia 60 tahun, yang dikenal karena membela aktivis, politisi oposisi dan perempuan di Iran yang dituntut karena melepas jilbab mereka, menyebut kematian Geravand sebagai “pembunuhan negara lainnya.”
Pemakaman berlangsung hari Minggu pagi.
Geravand terluka dan koma selama beberapa pekan di Teheran. Kematiannya terjadi setelah peringatan satu tahun kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun saat berada dalam tahanan polisi moral Iran. Dia juga ditahan karena tidak mengenakan jilbab. Kematiannya memicu protes nasional pada saat itu.
Tidak jelas apa yang terjadi dalam beberapa detik setelah Geravand memasuki kereta pada 1 Oktober. Seorang teman mengatakan kepada televisi pemerintah Iran bahwa kepala Geravand terbentur peron stasiun. Namun, rekaman video tanpa suara yang diambil dari luar mobil di dekatnya diblokir oleh orang di sekitar. Beberapa detik kemudian, tubuh lemasnya dibawa pergi.
Namun, laporan TV pemerintah Iran tidak menyertakan rekaman apa pun dari dalam kereta itu sendiri dan tidak memberikan penjelasan mengapa kereta tersebut tidak dirilis. Sebagian besar gerbong kereta di Metro Teheran memiliki beberapa kamera CCTV, yang dapat dilihat oleh petugas keamanan.
Orang tua Geravand yang muncul dalam tayangan media pemerintah mengatakan masalah tekanan darah, terjatuh, atau mungkin keduanya berkontribusi terhadap cedera putri mereka.
Aktivis di luar negeri menduga Geravand mungkin didorong atau diserang karena tidak mengenakan jilbab. Mereka menuntut penyelidikan independen oleh misi pencarian fakta PBB mengenai Iran, dengan alasan bahwa teokrasi telah menggunakan tekanan terhadap keluarga korban dan sejarah TV pemerintah yang menayangkan ratusan pengakuan yang dipaksakan.
Sotoudeh sebelumnya ditangkap pada tahun 2018 atas tuduhan kolusi dan propaganda melawan penguasa Iran dan akhirnya dijatuhi hukuman 38 tahun penjara dan 148 cambukan. Dia dibebaskan pada tahun 2020 tetapi rincian tentang kondisi pembebasannya tidak diumumkan. Sotoudeh sesekali mengunjungi klinik karena dia menderita masalah pencernaan dan kaki kronis. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...