Iran: Tiga Tewas dalam Protes Terkait Krisis Air
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Tiga orang tewas dalam protes jalanan atas krisis air di barat daya Iran yang kaya minyak, kata para aktivis pada hari Sabtu (17/7), ketika demonstrasi berlanjut untuk malam ketiga berturut-turut.
Protes dimulai hari Kamis (15/7) malam di beberapa kota di Provinsi Khuzestan, termasuk ibu kotanya, Ahwaz, dan berlanjut pada hari ketiga berturut-turut pada hari Sabtu.
Seorang pejabat setempat mengatakan pada hari Sabtu seorang pria tewas dalam protes hari Jumat di kota Shadegan (Al-Falahiya) di Khuzestan setelah secara tidak sengaja ditembak oleh pengunjuk rasa bersenjata. Namun aktivis mengatakan dia ditembak mati oleh pasukan keamanan.
“Selama rapat umum, perusuh menembak ke udara untuk memprovokasi orang-orang dan, sayangnya, salah satu peluru mengenai seseorang yang hadir di tempat kejadian dan membunuhnya,” kata Omid Saripour, kepala gubernur di Shadegan, mengatakan kepada kantor berita negara IRNA .
Pejabat Iran di masa lalu menyalahkan kematian pengunjuk rasa pada pengunjuk rasa lainnya.
Pemrotes yang terbunuh itu diidentifikasi sebagai Mostafa Naeemawi, seorang etnis Arab berusia 30 tahun. Khuzestan adalah rumah bagi populasi etnis Arab yang besar.
Aktivis melaporkan dua kematian lagi pada hari Sabtu yang belum dikomentari pihak berwenang.
Mengutip sumber-sumber lokal, Kantor Berita Aktivis Hak Asasi Manusia (HRANA), sebuah situs berita yang dijalankan oleh kelompok pembela hak asasi manusia Iran, melaporkan bahwa warga negara Arab Qassem Khozeiri, 23 tahun, meninggal di rumah sakit pada hari Sabtu setelah ditembak oleh pasukan keamanan di kota itu, Kut Abdollah pada hari Jumat.
Warga Arab ketiga, Ali Mazraeh, meninggal pada hari Sabtu setelah ditembak oleh pasukan keamanan di Ahwaz, HRANA melaporkan, mengutip sumber-sumber lokal.
Para pengunjuk rasa di kota Susangerd (Al-Khafajiya) berbaris menuju kantor gubernur setempat pada Sabtu malam, meneriakkan, "kami tidak akan dipermalukan" dalam bahasa Arab, menurut video yang dibagikan di media sosial.
Para pengunjuk rasa di Susangard juga berkumpul di luar rumah perwakilan kota di parlemen, Qassem Saedi, meneriakkan “matilah Saedi,” video lain menunjukkan.
Beberapa pengguna media sosial juga melaporkan penurunan signifikan dalam kecepatan internet di Khuzestan pada hari Sabtu. Iran menutup akses ke internet selama beberapa hari selama protes anti pemerintah yang meluas pada 2019.
Krisis air telah menghancurkan pertanian dan peternakan dan menyebabkan pemadaman listrik yang memicu protes di beberapa kota awal bulan ini.
Pihak berwenang menyalahkan kekurangan air pada kekeringan parah, tetapi pengunjuk rasa mengatakan pemerintah yang harus disalahkan. Aktivis dari Khuzestan menyalahkan krisis air pada kebijakan diskriminatif pemerintah, seperti pemindahan air yang berlebihan dari Khuzestan ke provinsi-provinsi etnis Persia, yang mereka katakan dirancang untuk mengubah demografi kawasan.
Protes di Khuzestan datang ketika ribuan pekerja di sektor energi utama Iran telah melancarkan pemogokan menuntut upah dan kondisi kerja yang lebih baik.
Ekonomi Iran telah terpukul keras sejak 2018 ketika mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menarik Washington dari kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran dan kekuatan dunia dan menerapkan kembali sanksi besar-besaran terhadap negara itu. Pandemi COVID-19 telah memperburuk masalah ekonomi negara. (Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...