Iran Tolak Perjanjian Baru Tentang Nuklir
Keluarga Korban Pesawat Ukraina Diancam untuk TIdak Bicara Dengan Media Asing
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Presiden Iran, Hassan Rouhani, menolak proposal untuk kesepakatan baru yang diajukan Amerika Serikat yang bertujuan menyelesaikan perselisihan nuklir. Rouhani hari Rabu (15/1) mengatakan bahwa itu adalah tawaran yang "aneh" dan dia mengkritik Presiden AS, Donald Trump, karena selalu melanggar janji.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, yang memuji Trump sebagai pembuat kesepakatan yang hebat, menyerukan pada hari Selasa agar presiden menggantikan perjanjian nuklir Iran tahun 2015 dengan negara-negara besar dengan pakta baru untuk memastikan Teheran tidak mendapatkan senjata atom.
Trump mengatakan dia setuju dengan Johnson bahwa "kesepakatan Trump" harus menggantikan kesepakatan nuklir Iran.
Dalam pidato yang disiarkan televisi Iran, Rouhani mengatakan kepada Washington untuk kembali ke kesepakatan nuklir, yang ditinggalkan Washington pada tahun 2018. Perjanjian itu menyerukan pencabutan sanksi internasional terhadap Iran dengan imbalan pembatasan terhadap program nuklirnya. Sejak berhenti, Trump telah menjatuhkan sanksi terhadap Iran yang membuat ekonomi Iran lumpuh.
Teheran mengatakan ingin mempertahankan perjanjian itu tetapi tidak dapat melakukannya tanpa batas waktu jika tidak menerima manfaat ekonomi yang dijanjikan. Negara itu secara bertahap mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kepatuhannya, yang mendorong Inggris, Prancis, dan Jerman untuk secara resmi menuduhnya melanggar perjanjian.
"Tuan Perdana Menteri di London ini, saya tidak tahu bagaimana pendapatnya. Dia mengatakan mari kita mengesampingkan kesepakatan nuklir dan meletakkan rencana Trump dalam tindakan,” kata Rouhani. "Jika Anda mengambil langkah yang salah, itu akan merugikan Anda. Pilih jalan yang benar. Jalan yang benar adalah kembali ke kesepakatan nuklir," kata Rouhani di televisi yang dikutip Al Arabiya.
Ketegangan mencapai puncak baru antara musuh bebuyutan AS dan Iran sejak Washington membunuh seorang jenderal Iran dalam serangan pesawat tak berawak di Baghdad pada 3 Januari. Teheran menanggapi sepekan lalu dengan meluncurkan rudal ke sasaran AS di Irak. Tidak ada orang Amerika yang terluka, tetapi beberapa jam kemudian, Iran menembak jatuh sebuah pesawat sipil Ukraina dalam apa yang pemerintahnya akui sebagai kesalahan tragis.
Ancaman pada Keluarga Korban
Sementara itu, diberitakan bahwa warga Iran dari keluarga korban pesawat Ukraina yang ditembak jatuh oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran awal pekan ini dilaporkan telah diperingatkan untuk tidak berbicara kepada media asing. Mereka yang melanggar diancam tidak akan menerima jenazah orang yang mereka cintai yang menjadi korban keclakaan.
"Pemerintah Iran telah memperingatkan beberapa orang Iran keluarga korban jatuhnya pesawat Ukraina bahwa jika mereka ingin menerima jenazah orang yang mereka cintai, mereka tidak boleh memberikan wawancara kepada media berbahasa Persia yang berbasis di luar negeri," yang berbasis di London, Persia, kata sebuah Saluran TV berbahasa Iran Internasional, yang dikutip Al Arabiya, beberapa waktu lalu.
Laporan itu muncul beberapa jam setelah penyiar Radio Farda yang mengudarakan wawancara dengan anggota keluarga dari beberapa korban. Shahram Molani, saudara laki-laki Hiva Molani yang tewas bersama istri dan putrinya dalam kecelakaan pesawat, mengatakan kepada Radio Farda bahwa "tidak satu pun pejabat atau entitas pemerintah" telah melakukan kontak dengan keluarga para korban sejak pesawat Ukraina ditembak jatuh. di hari Rabu (3/1).
Dia juga menambahkan bahwa pihak berwenang belum mengirimkan jenazah saudara lelakinya dan keluarganya.
Adik perempuan dari korban lain, Ghanimat Azhdari, juga berbicara kepada Radio Farda, mengutip ayahnya yang mengatakan, "Kami tidak akan pernah memaafkan kejahatan ini."
Setelah berhari-hari menyangkal keterlibatan, Iran mengaku menembak jatuh dengan peluru kendali darat-udara pesawat penumpang Ukraine Internasional Airline dengan nomor penerbangan PS752. Semua dari 176 penumpang dan awak di dalam pesawat tewas.
Editor : Sabar Subekti
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...