ISIS Mengaku Serangan di Jedah, Saudi Hadapi Ekstremis dengan Tangan Besi
JEDAH, SATUHARAPAN.COM-Kelompok Negara Islam (IS/ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap pemakaman non-Muslim di kota Jeddah, Arab Saudi yang melukai beberapa orang, meskipun tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan melalui saluran resminya di Telegram, kelompok itu mengatakan bahwa "tentaranya" telah berhasil menyembunyikan bom rakitan di pemakaman pada hari Rabu yang kemudian meledak setelah beberapa "konsul negara-negara Perang Salib" berkumpul di sana.
Ledakan, yang terjadi selama upacara peringatan Perang Dunia Pertama yang melibatkan kedutaan asing, adalah insiden keamanan kedua yang terjadi di Jeddah dalam beberapa pekan terakhir, dan serangan pertama dengan bahan peledak dalam beberapa tahun untuk mencoba menyerang orang asing di kerajaan konservatif itu.
Dalam pernyataan kedua, kelompok IS mengatakan bahwa mereka terutama menargetkan konsul jenderal Prancis, yang menghadiri upacara tersebut, atas apa yang dikatakan sebagai desakan Prancis untuk menerbitkan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad.
Pemerintah Prancis membela hak untuk menerbitkan kartun tersebut, yang dianggap menghujat umat Islam. Pada 18 Oktober, seorang juru bicara kelompok ISIS meminta pendukung kelompok militan untuk menargetkan orang Barat, jaringan pipa minyak dan infrastruktur ekonomi di Arab Saudi.
Serang Kedutaan Arab Saudi
Sebelumnya pada hari Kamis, penyerang tak dikenal menyerang kedutaan Arab Saudi di Belanda dengan tembakan sebelum fajar. Tidak ada yang terluka dalam insiden itu. Akhir bulan lalu, seorang pria Arab Saudi yang memegang pisau ditangkap setelah menyerang dan melukai seorang penjaga keamanan di konsulat Prancis di Jeddah.
Insiden itu terjadi setelah pemenggalan kepala seorang guru Prancis di dekat Paris oleh seorang pria asal Chechnya yang mengatakan dia ingin menghukum guru tersebut karena memperlihatkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya selama pelajaran kewarganegaraan.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyebut guru itu, Samuel Paty, seorang pahlawan, dan dia berjanji untuk melawan "separatisme Islamis", dengan mengatakan itu mengancam untuk mengambil alih beberapa komunitas Muslim di Prancis.
Hadapi dengan “Tangan Besi”
Putra Mahkota Mohammed bin Salman pada Kamis berjanji untuk menyerang ekstremis dengan "tangan besi", setelah pemboman terhadap pertemuan diplomat diklaim oleh kelompok IS. "Kami akan terus menghadapi setiap perilaku dan ide ekstremis," kata Pangeran Mohammed dalam pidatonya di Dewan Syura, badan penasihat pemerintah tertinggi.
"Kami akan terus menyerang dengan “tangan besi” semua orang yang ingin merusak keamanan dan stabilitas kami," katanya, menurut transkrip pidatonya yang diterbitkan oleh Kantor Pers Saudi, SPA.
Pernyataannya muncul setelah ledakan bom menghantam peringatan Perang Dunia I di pemakaman non-Muslim di kota Laut Merah Jeddah pada Rabu, menyebabkan sedikitnya dua orang terluka.
Para diplomat dari Prancis, Yunani, Italia, Inggris dan Amerika Serikat menghadiri upacara peringatan Hari Gencatan Senjata di Jeddah, kata kedutaan mereka, dan mengecam serangan itu sebagai "pengecut". (Reuters/AFP)
Editor : Sabar Subekti
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, Dipecat oleh Parlemen
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Majelis Nasional Korea Selatan pada hari Sabtu (14/12) melalui pemungutan sua...