Israel dan Jihad Islam Gencatan Senjata Mulai Minggu Malam
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Gencatan senjata antara Israel dan gerakan Jihad Islam Palestina di Gaza mulai berlaku pada pukul 11.30 malam. (20:30 GMT) pada hari Minggu (7/8), dibantu oleh mediator Mesir, kata kelompok militan itu.
"Kami menghargai upaya Mesir yang telah dilakukan untuk mengakhiri agresi Israel terhadap rakyat kami," kata juru bicara Jihad Islam, Tareq Selmi.
Pasukan Israel menggempur sasaran Palestina sepanjang akhir pekan, memicu serangan roket jarak jauh terhadap kota-kotanya. Sumber Palestina dan Mesir sebelumnya telah memberikan waktu sebelumnya untuk gencatan senjata.
Bentrokan terbaru telah menggemakan pendahuluan perang Gaza sebelumnya, meskipun mereka telah relatif terkendali karena Hamas, kelompok Islam yang memerintah di Jalur Gaza dan kekuatan yang lebih kuat daripada Jihad Islam yang didukung Iran, sejauh ini tetap berada di luar pertempuran.
Para pejabat Gaza mengatakan 41 warga Palestina, hampir setengah dari mereka warga sipil dan termasuk anak-anak, sejauh ini, telah dinyatakan tewas. Roket telah mengancam sebagian besar Israel selatan dan mengirim penduduk di kota-kota, termasuk Tel Aviv dan Ashkelon, ke tempat penampungan.
Israel meluncurkan apa yang disebutnya serangan pre-emptive pada hari Jumat (5/8) terhadap apa yang diantisipasi akan menjadi serangan Jihad Islam yang dimaksudkan untuk membalas penangkapan seorang pemimpin kelompok itu, Bassam al-Saadi, di Tepi Barat yang diduduki.
Sebagai tanggapan, Jihad Islam menembakkan ratusan roket ke Israel. Kelompok itu mengatakan gencatan senjata akan melibatkan pembebasan al-Saadi. Para pejabat Israel tidak segera berkomentar.
Pada hari Minggu, Jihad Islam memperluas jangkauannya untuk menembak ke arah Yerusalem dalam apa yang digambarkan sebagai pembalasan atas pembunuhan komandan Gaza selatan oleh Israel, seorang perwira senior kedua yang kalah dalam pertempuran itu.
Israel mengatakan pencegat Iron Dome-nya, yang tingkat keberhasilan tentara mencapai 97 persen, menembak jatuh roket di sebelah barat kota.
Warga Palestina dibingungkan oleh gelombang pertumpahan darah lainnya, setelah pecahnya perang pada tahun2008-2009, 2012, 2014, dan tahun lalu, di tengah reruntuhan rumah untuk menyelamatkan furnitur atau dokumen.
“Siapa yang memicu perang? Tidak ada. Tapi kami juga tidak suka berdiam diri ketika perempuan, anak-anak dan pemimpin terbunuh,” kata seorang sopir taksi Gaza yang hanya mengidentifikasi dirinya sebagai Abu Mohammad. "Mata untuk mata," katanya. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...