Israel dan Oposisi Ragukan Gencatan Senjata Suriah
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM–Menteri Pertahanan Israel, Moshe Yaalon, mengatakan bahwa dia skeptis bahwa gencatan senjata Suriah mulai 27 Februari sebagai kesepakatan Amerika Serikat dan Rusia akan berhasil.
Sementara itu di kalangan pemebrontak ada kekhawatiran bahwa gencatan senjata itu akan dimanfaatkan pasukan pemerintah Suriah untuk menyerang kelompok pemberontak dengan dalih menyerang kelompok Front Al-Nusra dan Al-Qaeda.
Yaalon, seperti dikutip AFP, mengatakan bahwa Washington dan Moskow mengakui kebebasan Israel melakukan aksi di Suriah, di mana Israel dilaporkan telah melakukan serangkaian serangan selama lima tahun terakhir.
"Sulit bagi saya untuk melihat gencatan senjata sementara di mana Daesh (Negara Islam Irak dan Suriah /NIIS dan Front Al-Nusra ( yang berafiliasi dengan Al-Qaeda) tidak menjadi bagian dari proses itu, dan Rusia mengatakan akan menyerang kedua organisasi itu," katanya dalam sebuah pernyataan.
Sencatan senjata di Suriah berlaku pada tanggal 27 Februari tengah malam waktu Damaskus (atau hari Jumat pukul 22.00 GMT, menurut pernyataan berasma AS-Rusia.
Sejak konflik dimulai pada tahun 2011, pasukan Israel dilaporkan menyerang posisi pasukan Presiden Bashar al-Assad dan sekutu-sekutunya, termasuk musuh bebuyutan Israel, Hizbullah. "Tindakan Israel didasarkan pada satu prinsip: mempertahanan diri," kata Yaalon melalui juru bicara.
Dalih Menyerang NIIS
Sementara itu, kalangan oposisi khawatir kesepakatan itu akan digunakan pasukan Bashar Al-Assad menyerang opoisis dengan dalih menyerang NIIS dan Front Al-Nusra.
Bashar al-Zoubi, kepala kantor politik Angkatan Darat Yarmouk, kelompok Tentara pembebasan Suriah, mengatakan dia memperkirakan Damaskus dan sekutunya, Rusia, akan terus menyerang wilayah yang dikuasai oposisi dengan dalih memerangi Front Al-Nusra.
"Rusia dan rezim akan menargetkan daerah-daerah yang revolusioner dengan dalih kehadiran Front Al-Nusra. Anda tahu bagaimana daeah itu bercampur, dan jika ini terjadi, gencatan senjata akan runtuh," katanya.
Zoubi mengatakan bahwa "tidak mungkin" untuk mengidentifikasi posisi yang dikuasi Front Al-Nusra, khususnya di Suriah utara. Kesepakatan penghentian permusuhan itu tidak termasuk serangan terhadap Front Al-Nusra atau ISIS.
Zoubi juga menyayangkan bahwa Suriah "absen" dalam pembicaraan tentang gencatan senjata.
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...