Israel Pertimbangkan Jeda Kecil Praktis untuk Pembebasan Sandera dan Masuknya Bantuan ke Gaza
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pada hari Senin (6/11) bahwa Israel akan mempertimbangkan “jeda kecil taktis” dalam pertempuran di Gaza untuk memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan atau memungkinkan keluarnya sandera yang ditahan oleh militan Hamas.
Namun pemimpin Israel menegaskan kembali penolakan negaranya terhadap gencatan senjata tanpa pembebasan semua orang yang ditawan di daerah kantong Palestina yang dikuasai Hamas.
Netanyahu melontarkan komentar tersebut dalam sebuah wawancara televisi Amerika Serikat di mana ia ditanya siapa yang harus memerintah Gaza setelah pertempuran usai.
“Saya pikir Israel, untuk jangka waktu yang tidak terbatas, akan memikul tanggung jawab keamanan secara keseluruhan karena kita telah melihat apa yang terjadi jika kita tidak memiliki tanggung jawab keamanan tersebut,” kata Netanyahu kepada ABC News.
Israel melancarkan serangan udara dan darat terhadap Hamas setelah kelompok militan tersebut melancarkan serangan mematikan di Israel selatan bulan lalu, menewaskan 1.400 orang dan menyandera 240 lainnya. Pemboman Israel telah menewaskan sedikitnya 10.000 orang di Gaza, menurut otoritas kesehatan di wilayah tersebut.
Baik Israel maupun Hamas menolak tekanan internasional yang semakin besar untuk melakukan gencatan senjata. Israel mengatakan Hamas harus membebaskan para sandera terlebih dahulu; Hamas mengatakan mereka tidak akan membebaskan mereka atau menghentikan pertempuran ketika Gaza sedang diserang.
Ketika ditanya apakah ia bersedia menerima jeda kemanusiaan di Gaza, Netanyahu berkata: “Ya, tidak akan ada gencatan senjata, tidak ada gencatan senjata umum di Gaza tanpa pembebasan sandera kami.”
Dia menambahkan: “Sejauh jeda taktis, satu jam di sini, satu jam di sana, kami sudah pernah mengalaminya sebelumnya. Saya kira kita akan memeriksa keadaannya, agar barang-barang, barang-barang kemanusiaan, bisa masuk, atau sandera kita, sandera individu, bisa pergi.”
Gaza Jadi Kuburan Anak-anak
Gaza menjadi “kuburan bagi anak-anak,” kata Sekretaris Jenderal PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa), Antonio Guterres, pada hari Senin (6/11), menyerukan gencatan senjata mendesak di wilayah tersebut.
“Operasi darat oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan pemboman yang terus berlanjut menghantam warga sipil, rumah sakit, kamp pengungsi, masjid, gereja dan fasilitas PBB, termasuk tempat penampungan. Tidak ada yang aman,” kata Guterres kepada wartawan.
“Pada saat yang sama, Hamas dan militan lainnya menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan terus meluncurkan roket tanpa pandang bulu ke arah Israel,” katanya. Sebelumnya Israel mengatakan 31 tentara telah tewas sejak mereka mulai memperluas operasi darat di Gaza pada 27 Oktober dan menegaskan kembali bahwa Hamas bersembunyi bersama warga sipil dan di rumah sakit.
Hamas telah mendesak PBB untuk memverifikasi “narasi palsu” bahwa Hamas bermarkas di rumah sakit. Seorang jurnalis Reuters di Gaza mengatakan pemboman Israel melalui udara, darat dan laut pada malam hari adalah salah satu serangan paling intens yang dipicu oleh serangan tanggal 7 Oktober di mana Hamas menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 orang.
Kementerian Kesehatan di daerah kantong yang dikuasai Hamas mengatakan setidaknya 10.022 warga Palestina telah terbunuh, termasuk 4.104 anak-anak. “Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak. Ratusan anak perempuan dan laki-laki dilaporkan terbunuh atau terluka setiap hari,” kata Guterres.
Organisasi-organisasi internasional mengatakan rumah sakit tidak dapat menangani korban luka dan makanan serta air bersih hampir habis dan pengiriman bantuan tidak mencukupi.
“Kita membutuhkan gencatan senjata kemanusiaan segera. Sudah 30 hari. Cukup sudah. Hal ini harus dihentikan sekarang,” kata pernyataan sebelumnya dari 18 negara penandatangan termasuk Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, kepala Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan kepala bantuan PBB Martin Griffiths.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, sedang melakukan tur ke wilayah tersebut untuk mencoba mengurangi risiko eskalasi konflik, memberikan lebih banyak bantuan ke Gaza, dan menyusun rencana untuk masa depan yang berkelanjutan bagi Israel dan Palestina.
Washington mencari jeda dalam pertempuran untuk memungkinkan masuknya bantuan daripada gencatan senjata, dengan alasan, seperti Israel, bahwa militan Hamas hanya akan mengambil keuntungan.
“Kami bekerja sangat agresif untuk mendapatkan lebih banyak bantuan kemanusiaan di Gaza,” kata Blinken di Turki. “Saya pikir kita akan melihat di masa depan bahwa bantuan dapat diperluas secara signifikan.”
IDF Siap Serang Markan Hamas
Militer Israel mengatakan pasukannya telah merebut kompleks militan dan siap menyerang pejuang Hamas yang bersembunyi di terowongan bawah tanah dan bunker di Jalur Gaza utara, setelah mengisolasi daerah tersebut dengan pasukan dan tank.
Mereka merilis video tank bergerak melalui jalan-jalan yang dibom dan sekelompok tentara bergerak dengan berjalan kaki. “Sekarang kami akan mulai mendekati mereka,” kata Letnan Kolonel Richard Hecht kepada wartawan.
Sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, mengatakan pihaknya telah merusak 27 kendaraan militer Israel dalam 48 jam dan menimbulkan kerugian besar dalam pertempuran langsung dengan pasukan Israel. Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan puluhan orang tewas akibat serangan udara Israel di utara dan selatan, dengan delapan orang tewas dalam serangan udara yang menghantam rumah sakit kanker Rantissi di Kota Gaza.
Militer Israel mengatakan sedang menyelidiki laporan tersebut. Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan telah mengawal konvoi empat ambulans pasien dari Kota Gaza ke perbatasan Rafah dengan Mesir. Evakuasi telah ditangguhkan sejak serangan Israel terhadap ambulans pada hari Jumat (3/11) namun tiga sumber keamanan Mesir mengatakan puluhan pemegang paspor asing juga meninggalkan lokasi pada hari Senin.
Kunjungan Blinken ke Turki merupakan tindak lanjut dari kunjungan mendadak ke Tepi Barat yang diduduki Israel untuk menunjukkan dukungan bagi warga Palestina di sana dan di Gaza, serta kunjungan sebelumnya ke Israel, serta pembicaraan di negara tetangga Yordania dengan para pemimpin Arab regional.
Presiden AS, Joe Biden, berbicara dengan Presiden Israel, Benjamin Netanyahu, melalui telepon pada hari Senin (6/11), dan Direktur CIA AS, William Burns, diperkirakan berada di Israel untuk membahas perang dan intelijen dengan para pejabat, New York Times melaporkan.
Komando Pusat AS, yang mencakup Timur Tengah, mengatakan pada hari X sebuah kapal selam rudal nuklir telah tiba di wilayah tersebut, sebuah pengumuman yang tidak biasa yang dilihat oleh beberapa analis sebagai pesan kepada Iran, musuh Israel.
Roket Diluncurkan dari Lebanon
Iran mendukung Hamas dan juga militan lainnya di wilayah tersebut, termasuk Hizbullah di Lebanon, yang telah berulang kali terlibat baku tembak dengan Israel sejak Israel menyatakan perang terhadap Hamas atas serangan 7 Oktober.
Israel mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah mendeteksi sekitar 30 peluncuran roket dari Lebanon dalam satu jam. Hamas mengatakan pihaknya telah meluncurkan 16 rudal ke arah Nahariyya dan Haifa Selatan di Israel.
Militer Israel mengatakan jangka waktu empat jam bagi warga sipil untuk meninggalkan wilayah utara akan diulangi setiap hari. Pemantauan PBB menunjukkan kurang dari 2.000 orang menggunakan koridor tersebut pada hari Minggu, dengan alasan ketakutan dan kerusakan jalan. Antara 350.000 dan 400.000 orang masih berada di wilayah utara, kata utusan AS pada hari Sabtu. (Reuters/ABC News/New York Times/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...