Israel Sebut Negara-negara Arab tengah Membangun Senjata Nuklir
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Menteri Pertahanan Israel, Moshe Ya'alon mengatakan pemerintahnya telah memperoleh tanda-tanda awal perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah seiring dengan langkah negara-negara Arab untuk berusaha memiliki senjata nuklir untuk melawan Iran.
Menurut Moshe Ya'alon, negara-negara Arab Sunni itu tidak cukup meyakini hasil dari kesepakatan nuklir tahun lalu antara Iran dan enam kekuatan dunia. Karena itu, kata Ya'alon, negara-negara Arab kini tengah membuat persiapan untuk memiliki senjata nuklir.
"Kami melihat tanda-tanda bahwa negara-negara di dunia Arab sedang mempersiapkan diri untuk memiliki senjata nuklir, mereka tidak mau hanya duduk manis sedangkan Iran memiliki bom nuklir atau atom," kata Ya'alon, sebagaimana dikutip oleh The Daily Telegraph..
Menteri pertahanan Israel itu tidak memberikan bukti untuk mendukung klaim-Nya. Netapi Israel terus memantau secara dekat kegiatan militer negara tetangga Arabnya.
Israel dan negara-negara Teluk yang beraliran Sunni tidak memiliki hubungan diplomatik. Tetapi mereka berbicara lewat "jalur belakang." Baik Israel maupun negara-negara Teluk bersatu dan memiliki kepentingan yang sama dalam menentang Iran.
Para pembela kesepakatan nulir Iran, termasuk Presiden AS, Barack Obama, umumnya berpendapat bahwa kesepakatan nuklir Iran akan menghentikan perlombaan senjata di kawasan itu karena kemampuan membuat nuklir Iran telah dihabisi.
Namun Ya'alon mengatakan Iran berpeluang untuk melanggar perjanjian tersebut apabila negara itu bertambah maju dengan perbaikan ekonomi seiring dengan pencabutan sanksi internasional.
"Jika pada tahap tertentu mereka merasa yakin, terutama secara ekonomi, mereka akan melanggar kesepakatan dan akan membuat bom (nuklir)," kata dia.
Bahkan walaupun dalam perjanjian dengan Iran untuk pengayaan nuklir dibatasi, lanjut Ya'alon, batas waktu 15 tahun akan terasa sangat singkat.
Ia tidak secara spesifik menyebut negara- negara Arab mana yang mempersiapkan senjata nuklir. Namun Arab Saudi, pemimpin negara-negara Arab beraliran Sunni, dianggap salah satu kandidat yang paling mungkin memiliki senjata nuklir.
Kekayaan minyaknya yang besar kemungkinan telah membuat negara ini menyediakan dana bagi pengembangan nuklir. Sementara kedekatannya dengan Pakistan, sebuah negara penghasil nuklir, kemungkinan telah menempatkan negara itu sebagai pemberi nasihat teknis.
Uni Emirat Arab juga memiliki dana minyak yang melimpah. Negar aini telah pula membangun sebuah program nuklir sipil, kendati belum ada bukti apakah proyek itu akan juga mengembangkan senjata.
Ya'alon membuat pernyataan itu setelah bertemu dengan Raja Jordan, satu dari hanya dua negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Kendati pemerintah Israel berusaha keras untuk menghalangi kesepakatan nuklir Iran, militer Israel mengakui bahwa perjanjian tersebut setidaknya dapat 'membeli waktu' sebelum benar-benar melakukan konfrontasi dengan Iran.
Sebelumnya, Gadi Eisenkot, kepala Israeli Defence Force (IDF), mengatakan bahwa kesepakatan nuklir Iran memiliki sejumlah risiko tetapi juga memberi kesempatan bagi Israel.
Israel, yang diam-diam membangun senjata nuklirnya sendiri pada tahun 1960, kini memainkan peran yang konstruktif dalam membantu untuk memantau pelaksanaan dari kesepakatan nuklir Iran, menurut diplomat Barat.
Israel membantu memberikan pengetahuan teknis dalam memastikan Iran mematuhi ketentuan kesepakatan nuklir.
Kata Ya'alon, Israel secara dekat mengikuti terus implementasi kesepakatan nuklir Iran "Karena selama bertahun-tahun Iran telah menipu (dunia) tentang program nuklir mereka"
Editor : Eben E. Siadari
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...