Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 10:48 WIB | Sabtu, 02 Desember 2023

Israel Tuduh Hamas Bertanggung Jawab Penuh Atas Kembalinya Pertempuran

Bantuan kemanusiaan ke Gaza terhenti akibat dimulainya kembali pertempuran.
Israel Tuduh Hamas Bertanggung Jawab Penuh Atas Kembalinya Pertempuran
Truk bantuan kemanusiaan tiba di Rafah, Jalur Gaza, pada 27 November 2023, pada hari keempat gencatan senjata sementara antara Hamas dan Israel (Foto: dok. AP)
Israel Tuduh Hamas Bertanggung Jawab Penuh Atas Kembalinya Pertempuran
Tentara Israel bentrok dengan pemukim Yahudi dari pemukiman Einav di dekatnya, mencoba menyerbu kota Deir Sharaf di Provinsi Nablus di Tepi Barat yang diduduki pada 2 November 2023. (Foto: dok.AFP)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Seorang juru bicara pemerintah Israel mengatakan pada hari Jumat (1/12)  bahwa kelompok Palestina Hamas “sekarang akan bertanggung jawab penuh atas segala gejolak” setelah gencatan senjata yang menghentikan pertempuran di Jalur Gaza berakhir dan pertempuran kembali terjadi.

“Sayangnya, Hamas memutuskan untuk mengakhiri jeda tersebut dengan gagal melepaskan semua perempuan yang diculik,” kata juru bicara pemerintah Israel, Eylon Levy, dalam sebuah pengarahan.

“Setelah memilih untuk mempertahankan perempuan kami, Hamas sekarang akan bertanggung jawab atas semua serangan.”

AS: Larangan Visa Bagi Ekstremis Israel

Sementara itu, pemerintahan Joe Biden telah memberi tahu Israel bahwa Washington akan memberlakukan larangan visa dalam beberapa pekan ke depan terhadap pemukim ekstremis Israel yang terlibat dalam kekerasan terhadap warga sipil Palestina di Tepi Barat, kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan kabinet perangnya telah memberi tahu mereka bahwa Amerika Serikat akan mengambil tindakannya sendiri terhadap sejumlah individu yang tidak diungkapkan.

Tepi Barat, salah satu wilayah di mana warga Palestina ingin menjadi negara, telah mengalami peningkatan kekerasan dalam beberapa bulan terakhir di tengah perluasan permukiman Israel dan kebuntuan upaya perdamaian yang disponsori AS selama hampir satu decade.

Kekerasan tersebut, yang mencapai tingkat tertinggi dalam 15 tahun terakhir pada tahun ini, semakin meningkat setelah Israel melancarkan perang baru di daerah kantong terpisah di Gaza sebagai pembalasan atas serangan kelompok militan Palestina, Hamas, pada tanggal 7 Oktober.

Amerika Serikat telah berulang kali menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya kekerasan di Tepi Barat, dan mengatakan bahwa hal itu harus dihentikan.

Presiden AS, Joe Biden, dalam opini Washington Post pada 18 November mengancam akan mengambil tindakan terhadap para pelakunya.

“Saya tegaskan kepada para pemimpin Israel bahwa kekerasan ekstremis terhadap warga Palestina di Tepi Barat harus dihentikan dan mereka yang melakukan kekerasan harus bertanggung jawab. Amerika Serikat siap mengambil langkah kami sendiri, termasuk mengeluarkan larangan visa terhadap ekstremis yang menyerang warga sipil di Tepi Barat,” tulis Biden.

Pejabat Departemen Luar Negeri, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya untuk membahas masalah-masalah sensitif, mengatakan Washington ingin Israel mengadili para pelakunya tetapi belum melihat langkah seperti itu.

Larangan visa bisa terjadi dalam beberapa pekan ke depan, kata pejabat itu.

Serangan harian pemukim meningkat lebih dari dua kali lipat, menurut data PBB, sejak Israel memulai perang tanpa henti di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 15.000 orang.

Truk Bantuan ke Gaza Terhenti

Masuknya truk bantuan dan bahan bakar ke Jalur Gaza di penyeberangan Rafah Mesir dihentikan pada hari Jumat (1/12), kata sumber keamanan dan bantuan Mesir, ketika pertempuran  antara Hamas dan Israel kembali terjadi setelah gencatan senjata selama sepekan.

Jumlah bantuan yang disalurkan melalui penyeberangan Rafah telah meningkat selama gencatan senjata, meskipun para pejabat bantuan mengatakan jumlah tersebut masih jauh dari yang dibutuhkan.

Rafah telah menjadi satu-satunya titik masuk bantuan kemanusiaan yang ditujukan ke Gaza, dengan pengiriman dimulai pada tanggal 21 Oktober, dua pekan setelah dimulainya perang.

Serangan Jihad Islam pada Jumat Pagi

Brigade Al Quds, sayap bersenjata gerakan Jihad Islam Palestina, mengakui pihaknya menyerang kota-kota Israel pada hari Jumat (1/12) pagi sebagai tanggapan atas “kejahatan terhadap rakyat kami,” menurut pernyataan kelompok tersebut.

Hampir dua jam setelah gencatan senjata berakhir pada Jumat pagi, pejabat kesehatan Gaza melaporkan bahwa 60 orang telah tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan udara yang menghantam sedikitnya delapan rumah.

Selebaran oleh pasukan Israel yang disebarkan di wilayah timur kota utama di selatan Khan Younis memerintahkan penduduk di empat kota untuk mengungsi, bukan ke wilayah lain di Khan Younis seperti di masa lalu, namun lebih jauh ke selatan ke kota Rafah yang padat di perbatasan Mesir.

“Harus segera mengungsi dan menuju shelter di kawasan Rafah. Khan Younis adalah zona pertempuran yang berbahaya. Anda telah diperingatkan,” demikian isi selebaran yang ditulis dalam bahasa Arab.

Israel merilis tautan ke peta yang menunjukkan Gaza terbagi menjadi ratusan distrik, yang dikatakan akan digunakan di masa depan untuk mengkomunikasikan wilayah mana yang aman.

Masing-masing pihak saling menuduh satu sama lain menolak persyaratan untuk memperpanjang gencatan senjata, yang melibatkan pembebasan sandera yang ditangkap oleh Hamas dan militan lainnya dalam serangan mematikan tanggal 7 Oktober ke Israel yang memicu perang, dan pembebasan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. (Reuters/AFP/ Al Arabiya)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home