Isu Radikalisme Tarik Perhatian Mahasiswa di Oxford
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Berbagai isu radikalisme yang saat ini berkembang di Tanah Air menarik perhatian pelajar Indonesia yang sedang menuntut ilmu di kota Oxford, Inggris dan berupaya mencari jalan keluar atau solusi atas permasalahan yang dihadapi.
"Spesifiknya mengenai kontribusi apa yang bisa diberikan oleh pelajar dan masyarakat Indonesia di luar negeri untuk Tanah Air tercinta," demikian Ketua PPI Oxford Sandoko Kosen, hari Jumat (11/11).
Diskusi digelar Perhimpunan Pelajar Indonesia di Oxford beserta Oxford University Indonesia Society, digagas Fara Rangkuti dan Tracey Yani yang keduanya adalah mahasiswa program doktor di Universitas Oxford berlangsung sukses, dengan jumlah peserta melebihi perkiraan dan bahkan ada yang datang dari luar kota.
Menurut Sandoko, antusiasme peserta yang hadir mencerminkan keprihatinan mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Inggris akan situasi di Tanah Air yang sedang mengalami ujian dalam hal kerukunan hidup berbangsa.
“Gerakan radikalisme yang berkembang di Indonesia dikhawatirkan akan bisa menggerus persatuan dan kesatuan bangsa, “ katanya.
Acara dibagi menjadi dua bagian yaitu kuliah yang disampaikan Prof Lyn Parker dari The University of Western Australia, dan Irfan L Sarhindi, mahasiswa pascasarjana dari Indonesia yang saat ini melakukan riset di University College London (UCL) Institute of Education, London. Sementara kuliah diakhiri dengan sesi tanya-jawab yang dimoderatori Asim Koldzo, lulusan University of Oxford yang berpengalaman di bidang lintas agama.
Prof Lyn Parker, menyampaikan risetnya mengenai gender, multikulturalisme dan agama dengan studi kasus pelajar muslim perempuan di Bali.
Riset menunjukkan permasalahan gender adalah ketimpangan terstruktur," That both reinforces and cuts across majority/minority considerations". Riset ini juga menegaskan konsep multikulturalisme harus memperhitungkan permasalahan gender.
Sedangkan Irfan L. Sarhindi, penulis beberapa buku Islami di Indonesia, menyampaikan risetnya mengenai gerakan Islam Nusantara yang digagas Nahdlatul Ulama (NU). Setelah menjelaskan sebab atau akar gerakan radikalisme dan perkembangannya di Indonesia, Irfan menjelaskan mengapa gerakan Islam Nusantara memiliki potensi prima dalam melawan radikalisme.
Diakhir acara, peserta setuju membentuk jaringan untuk berdiskusi lebih lanjut. Selain itu, pelajar dan masyarakat Indonesia di Inggris yang memiliki keahlian dan keunggulan dalam berbagai bidang diharapkan dapat memberi sumbangan dalam menanggulangi radikalisme dan merawat kedamaian dan kerukunan bangsa Indonesia. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...