ITB Masuk 200 Besar Ranking Perguruan Tinggi se-Asia Pasifik
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM – Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil masuk 200 besar perguruan tinggi terbaik di tingkat Asia-Pasifik, berdasarkan rilis yang dikeluarkan Times Higher Education tahun 2019. Sementara di tingkat Indonesia, ITB masuk perguruan tinggi terbaik kedua.
Atas pencapaian tersebut, Rektor ITB Prof Kadarsah Suryadi, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas dukungan semua pihak. Terutama kepada pemerintah melalui Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang telah memberikan bantuan dalam berbagai bentuk, baik pendanaan dan kebijakan yang semuanya mengerucut kepada world class university.
“Kedua juga terima kasih kepada kawan-kawan internal di ITB karena berkat kerja keras semuanya ini bisa terwujud,” kata Rektor, Jumat (22/2), yang dilansir situs itb.ac.id.
Menurut Rektor, tujuan utama majunya sebuah perguruan tinggi bukan hanya diukur pada ranking, melainkan pada proses continuous improvement atau perbaikan berkelanjutan. “Dan kita harapkan semoga semua perguruan tinggi di Indonesia maju bersama-sama dengan semangat world class university dan continuous improvement."
Selain masuk 200 besar, THE merilis dalam bidang emerging economies, ITB juga masuk ranking ke-164 se-Asia Pasifik. Sebagaimana diketahui, metodologi yang digunakan THE adalah aspek citations (30 persen), industry income (2,5 persen), international outlook (7,5 persen), research (30 persen), teaching (30 persen).
Sementara berdasarkan rilis pemeringkatan QS University Ranking 2019, ITB berada di ranking ke-359 dunia, dan masuk terbaik kedua di Indonesia. Pada skala Asia, menurut QS World, ITB berada di ranking ke-73. Adapun jika dilihat ranking by subject, ITB masuk di ranking ke 51-100 untuk Art & Design, dan berdasarkan Graduate Employability Ranking berada di 301-500.
Terkait ranking tersebut, Wakil Rektor bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan ITB, Prof Bambang Riyanto Trilaksono mengatakan, capaian yang diperoleh harus menjadi tantangan ke depan untuk terus melakukan peningkatan ranking baik dari skala Asia maupun di dunia.
Menurut Prof Bambang, dalam melakukan pemeringkatan, THE dan QS World Ranking memiliki metodologi yang sedikit berbeda, namun juga memiliki kesamaan. Misalnya, kesamaan yang menonjol adalah produktivitas dan kualitas dari riset dan publikasinya, sitasi, jumlah mahasiswa asing, dan jumlah dosen asing. Kriteria atau metodologi tersebut dipelajari oleh ITB untuk melakukan inisiatif, melaksanakan suatu program yang mendukung pencapaian pada pemeringkatan itu.
"Misalnya kita melakukan program mengundang mahasiswa dari luar negeri untuk stay di ITB selama 2-3 minggu, yang instruktur dari ITB dan dari luar. Kemudian kita juga mengundang scientist dari luar untuk stay di ITB, dan melakukan riset bersama dengan dosen ITB,” katanya.
Dia menambahkan, saat ini ITB juga melakukan hibah riset kolaboratif dengan tiga kampus lain yaitu IPB, UGM, dan Unair. Dengan riset kolaboratif ini diharapkan mampu meningkatkan publikasi jurnal Q1 dan meningkatkan sitasi ITB. "Jadi kita mempunyai berbagai program untuk meningkatkan peringkat kita, tapi yang lebih fundamental daripada tujuan meningkatkan ranking, sebenarnya untuk peningkatan kualitas perguruan tinggi itu sendiri. Jadi bukan semata-semata untuk ranking tapi ingin meningkatkan kualitas," katanya.
Kendati demikian, menurut Prof Bambang, ranking biasanya dipandang untuk meningkatkan reputasi perguruan tinggi di dunia. Manfaatnya dapat memberikan informasi kepada calon mahasiswa baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang akan kuliah di ITB.
"Biasanya peringkat yang baik akan memudahkan kita untuk berkolaborasi di dunia international. Misalnya dalam kolaborasi riset, kolaborasi pendidikan dan inovasi. Mempermudah kita melakukan kerja sama dengan universitas," katanya.
Hasil pemeringkatan universitas juga menjadi continuous improvement di tataran internal. Misalnya dengan melihat bagian yang perlu diperbaiki dan menjadi kelemahan. "Bagian lemah itu kita perlu perbaiki dan kita tingkatkan," katanya.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...