Jajakan Beduk, Tradisi Warga Tanah Abang Sambut Idul Fitri
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Bulan Suci Ramadan memang membawa berkah. Bagi sebagian warga Tanah Abang, Jakarta Pusat, ada tradisi yang tak boleh dilewatkan, yakni berjualan beduk dari kulit kambing.
Bila melintas di kawasan Karet menuju Tanah Abang, tampak puluhan beduk berjejer untuk dijajakan serasa siap memeriahkan Idul Fitri.
Dani, salah satu pedagang yang berhasil ditemui satuharapan.com, mengatakan bahwa berjualan beduk ini adalah tradisi turun-temurun.
“Di Tanah Abang, beduk sudah menjadi tradisi kalau Lebaran,” ujar Dani mengaku, bila pagi hari ia pergi bekerja dan malamnya membantu orang tua berjualan beduk.
“Sekitar seminggu sebelum puasa, sudah mulai berjualan beduk, meski belum banyak,” kata dia, Selasa (14/7) malam.
Pria asli Tanah Abang ini merakit sendiri beduk-beduk tersebut. Ia mengaku tidak sulit mendapatkan bahan baku lantaran sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat setempat. Ia cukup mencari drum kaleng dan kulit kambing untuk kemudian dirakit.
Harga beduk yang ia tawarkan pun beragam, tergantung ukuran. Beduk berukuran besar, yakni berdiameter sekitar 50 sentimeter, dijual dengan harga 800.000 rupiah. Sedangkan untuk beduk berukuran kecil berdiameter sekitar 30 sentimeter dijual dengan harga sekitar 200.000 rupiah. Selain itu, ia juga menawarkan drum berbahan baku kayu dengan harga mencapai 2,5 juta rupiah.
Beduk menjadi perangkat penting yang wajib ada menjelang Idul Fitri. Di Indonesia, tradisi malam takbiran selalu meriah karena ada beduk. Dengan penuh semangat anak-anak menabuh gendang besar itu semalam suntuk untuk menyambut Hari Kemenangan. Tak heran bila beduk-beduk berukuran kecil lah yang lebih laku di pasar.
Sejak awal Bulan Ramadan, ia mampu menjual 10 beduk setiap hari. Jumlah itu semakin meningkat seiiring mendekati Hari Idul Fitri.
“Sudah H-3 atau seminggu sebelum Lebaran ini (semakin) banyak. Lebih dari 20 (beduk terjual),” kata dia.
Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan tahun lalu, Ramadan kali ini Dani merasakan kelesuan peminat beduk, terutama beduk berukuran besar.
“(Lebih) mendingan tahun kemarin. Kalau tahun ini lebih banyak yang membeli beduk kecil. Sedangkan tahun lalu banyak yang membeli beduk besar,” ujar dia mengaku menjual beduk ini 24 jam setiap hari.
Walaupun banyak penjual yang menjajakan beduk, Dani tidak merasakan adanya persaingan. Ia juga berharap pemerintah setempat tidak menuntut izin berdagang sebab menurutnya, berjualan beduk adalah tradisi yang dilakukan satu tahun sekali.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...