Jakarta Diperkirakan Masuk Kategori Waspada DBD pada Februari
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Berdasarkan data prediksi probabilitas kesesuaian kelembaban udara pada lima wilayah DKI Jakarta, diprediksi angka insidensi demam berdarah dengue (DBD) pada Februari dan Maret 2019, seluruh wilayah DKI Jakarta masuk dalam kategori waspada.
“Sedangkan pada Januari yang masuk dalam kategori waspada terdapat di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti dalam keterangan tertulis di Jakarta Pusat, 20 Januari yang lalu.
DBD diprediksi akan meningkat beberapa hari atau minggu setelah musim hujan pada awal tahun 2019 ini. Untuk itu, perlu meningkatkan kewaspadaan dini.
Widyastuti menjelaskan kasus DBD di DKI Jakarta dari Januari hingga 31 Desember 2018 tercatat 2.947 kasus DBD (Insidence Rate/IR = 28,15/100.000 penduduk) dengan dua kematian (Case Fatality Rate/CFR= 0,07 persen).
Pada 2018 diketahui wilayah yang memiliki IR tertinggi di Jakarta adalah Kepulauan Seribu, yakni 41,4/100.000 penduduk, disusul Jakarta Barat sebesar 37,0/100.000 penduduk.
"Tindak lanjut guna mengantisipasi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD dengan melibatkan masyarakat bersama Pemprov DKI Jakarta," kata Widyastuti.
Langkah-langkah yang dilakukan di antaranya, menyebarluaskan informasi ke masyarakat menggunakan media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), atau media sosial yang ada tentang waspada DBD dan pengendaliannya, yaitu dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Peningkatan sistem kewaspadaan dini penyakit DBD, melalui penguatan jejaring pelaporan kasus berbasis rumah sakit," kata Widyastuti.
Saat ini Pemprov DKI bekerja sama dengan BMKG dalam pengembangan model prediksi angka DBD berbasis iklim yang dapat diakses melalui http://bmkg.dbd.go.id/. Pemodelan ini merupakan bentuk sistem kewaspadaan dini yang dapat diakses seluruh lapisan masyarakat dalam rangka antisipasi.
"Melakukan upaya-upaya pengendalian DBD dengan kegiatan melakukan peningkatan PSN 3 M (menguras, menutup, mendaur ulang) tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD plus kegiatan lain dalam mengurangi gigitan nyamuk," kata Widyastuti.
Kemudian pemeriksaan jentik oleh juru pemantau jentik (Jumantik) minimal seminggu sekali, biasanya dilaksanakan setiap hari Jumat.
Peningkatan peran jumantik cilik/jumantik sekolah dalam kegiatan PSN baik di sekolah maupun tempat tinggalnya.
"Serta pemutusan mata rantai penularan dengan fogging fokus pada kasus DBD dengan hasil penyelidikan epidemiologi (PE) positif," kata Widyastuti. (Antaranews.com)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...