Jalin Sinergitas, Kepala BNN Kunjungi MPH-PGI

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Perkuat sinergi antara Badan Narkotika Nasional (BNN) RI dengan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), dalam rangka pemberantasan narkoba, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Komjen Marthinus Hukom, SIK, M.Si mengunjungi MPH-PGI, di Grha Oikoumene, Jakarta, pada hari Selasa (25/3/2025).
Kepala BNN yang dalam kunjungan tersebut didampingi para Deputi, diterima oleh MPH-PGI beserta Sekretaris Eksekutif, serta Kepala Biro di lingkungan PGI.
Pada kesempatan itu, Marthinus Hukom mengungkapkan bahwa upaya pemberantasan narkoba tidaklah mudah, dan menghadapi tantangan besar. Tantangan tersebut antara lain karena letak geografis Indonesia, serta adanya kesamaan kultur dari negara perbatasan yang menjadi produsen terbesar narkoba yaitu Myanmar.
Hal lain yang menjadi kekhawatiran BNN adalah adanya fenomena 3,3 juta warga Indonesia terperangkap menjadi pengguna narkoba, dimana sebanyak 312.000 (data serupa juga termuat dalam pemberitaan di Antaranews.com), penggunanya adalah remaja yang berumur 10-25 tahun. “BNN melihat ini menjadi masalah. Indonesia potensial akan ada ekspansi pasar melalui pendekatan bisnis, dengan kecenderungan masyarakat Indonesia yang menjadi pemakai narkoba,” katanya.
Menurut Marthinus, persoalan narkoba menjadi pelik karena termasuk didalamnya persoalan akan kebutuhan ekomoni dan moral. “Penelitian kami menunjukkan remaja menjadi pengguna narkoba dikarenakan rasa penasaran, lalu adanya rayuan atau bujukan dari teman sebaya. Dua hal ini ada pada anak remaja. Ini sangat mengkhawatirkan bagi moral mereka. Dari ekonomi menjadi kurir narkoba sangat menggiurkan karena penghasilannya sangat besar,” ujarnya.
Sebab itu, dia melihat upaya pemberantasan narkoba tidak semata menjadi tanggung jawab BNN, tetapi perlu berkolaborasi, bersinergi dengan lembaga keagamaan seperti PGI.
Merespon hal tersebut, Ketua Umum PGI, Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty menyampaikan kegelisahan yang sama terkait fenomena di seputar persoalan narkoba. “Fenomena ini menggelisahkan kami juga karena dampaknya bisa terjadi kemana saja termasuk keluarga. Untuk itulah kami sengaja bentuk Biro Keluarga untuk mengintervensi, sekaligus mendorong gereja-gereja untuk membuat model pembinaan termasuk didalamnya isu narkoba. Kami lihat ini sebagai isu strategis dan sangat signifikan diintervensi gereja sesuai dengan kapasitasnya,” ujarnya.
Kepala Biro Pemuda dan Remaja (BPR) PGI, Pdm. Rosiana Purnomo, dalam pertemuan ini menaruh perhatian besar akan tingginya pemakaian narkoba di kalangan remaja, yang menurutnya memang di usia itu sangat dipenuhi gejolak. Sebab itu, dia berharap adanya semacam Kerjasama atau MoU antara BNN dan PGI dalam menyikapi persoalan ini.
Pdm Rosiana menawarkan kerjasama dengan BNN untuk membangun ’safeguarding policy’ antinarkoba, termasuk pelatihan kader antinarkoba yang bekerjasama dengan tenaga profesional. Usulan lain yang disampaikan adalah penguatan ’peer-to-peer support group’ dengan memanfaatkan pemuda gereja. Dia mengharapkan agar pelatihan kader anti-narkoba sampai juga ke gereja-gereja.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Biro Perempuan PGI, Pdt. Sonya M. Uniplaita. Menyikapi isu semacam ini, tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, melainkan harus ada upaya bersama, salahsatunya melalui edukasi, termasuk kepada kaum perempuan.
Diakhir pertemuan kedua lembaga menyepakati untuk membuat MoU dalam rangka membangun sinergitas melalui program-program bersama, untuk memberantas dan memerangi narkoba demi masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik. MoU dimaksud akan diikuti dengan Perjanjian Kerjasama (PKS) yang bisa diturunkan ke berbagai wilayah, sehingga PGIW/SAG bersama gereja-gereja anggota bisa bekerjasama dengan BNN di tiap provinsi maupun kabupaten/kota.
Editor : Sabar Subekti

Pengemudi Ojol Berlebaran Sama Presiden di Istana
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Para pengemudi ojek daring (ojek online/ojol) mengungkapkan pengalaman be...