Jamie Vardy Penyerang Leicester City Hidup Bagai Dongeng
SATUHARAPAN.COM – Punya catatan kriminal dan harus kerja sampingan karena gaji di klubnya kurang, Jamie Vardy sang penyerang dari Leicester City—seperti kisah dongeng—kini jadi fenomenal di Liga Premier Inggris.
Siapa menyangka Leicester City kini memuncaki salah liga dengan perputaran uang paling banyak di dunia, Premier League di Inggris. Terakhir klub dari Inggris tengah ini merasakan kerasnya liga utama pada musim 2004-2005. Musim berikutnya mereka terdegradasi dan sepuluh tahun kemudian baru kembali. Pada musim 2014-2015 kemarin klub yang belum pernah merasakan menjadi puncak Premier League ini berada pada urutan ke-14 dari 20 klub. Sampai minggu ini, mereka di puncak liga.
Selain kejeneniusan Claudio Ranieri dan kekompakan tim, satu pemain yang disebut-sebut fenomenal di klub yang berjuluk The Fox ini adalah Jamie Vardy. Sabtu (6/2) kemarin, pria bernama lengkap Jamie Richard Vardy ini menjadi salah satu penentu kemenangan mereka melawan Manchester City di kandang mereka di Stadion Etihad.
Siapa Jamie Vardy? Siapa pencetak 19 gol di Liga Premier musim ini dan menjadi penjebol gawang terbanyak melampaui bintang-bintang mahal sepak bola dari klub kaya Inggris?
Vardy adalah anak hubungan dari Richard Gill dan gadis yang masih duduk di bangku sekolah, Lisa Clewes. Ayahnya minggat setelah menghamili perempuan lain. Ibunya lalu menikahi Philip Vardy—seorang operator crane. Ibunya adalah karyawan di kantor pengacara.
Vardy saat masih kanak-kanak sempat masuk akademi Sheffield Wednesday. Namun, ketika berusia 15 tahun, dia nyaris mundur dari sepak bola. Sekolah sepak bolanya mengeluarkannya dengan alasan fisiknya terlalu kecil.
Menanggapi keputusan tersebut, Vardy berucap, “Sheffield klub yang saya dukung sepanjang hidup. Itu adalah momen terendah dalam karier sepak bola saya. Yang lebih menyakitkan, tubuh saya tumbuh signifikan sebulan setelah didepak. Tinggi saya bertambah sampai 20 centimeter.”
Delapan bulan kemudian, setelah sembuh dari sakit hati ditolak klub, ia bergabung dengan klub lokal yang ambil bagian dalam kompetisi amatir. Kemudian, Vardy muda pindah ke tim non-liga Stocksbridge Park Steels. Di sana dia digaji 30 pound sterling per pekan—sekitar Rp 600 ribu.
“Saya sangat bahagia kala itu karena sebelumnya tak menghasilkan apa pun dari sepak bola,” katanya.
Ia tidak pernah bermimpi bisa meraup uang dari profesi pesepak bola. Selama masa muda, laki-laki kelahiran 11 Januari 1987 ini bermain sepak bola tak lebih dari sekadar hobi.
Lahir di keluarga pas-pasan dan tidak mengenyam pendidikan yang cukup, membuat Vardy harus bekerja di sebuah pabrik pembuat alat perlengkapan medis. Tugas Vardy ketika itu cukup berat. Dia harus mengangkut pelat karbon fiber.
“Pekerjaan saya ketika itu membuat penyangga bagi orang dengan disabilitas. Saya harus mengangkat banyak barang, memasukkan ke oven panas. Kami melakukan itu ribuan kali sehingga punggung ini terasa remuk,” katanya.
Vardy juga dikenal memiliki catatan kriminal di kota tempat tinggalnya. Dia pernah berkelahi sehingga mendapatkan hukuman harus tetap berada di kampungnya setelah pukul 6 sore.
Ini membuat Vardy kesulitan ketika timnya harus menjalani partai tandang. Kadang, dia hanya bermain selama satu jam—karena perintah pengadilan—membuat ia harus pulang lebih dulu. Atau, jika jarak kota lawan sangat jauh, dia malah terpaksa absen.
Kasus yang menimpa Vardy karena ia menghajar orang demi membela rekannya yang lemah.
“Saya keluar dengan rekan. Rekan ini memakai alat bantu dengar. Lalu, dua orang mengejeknya dan saya menyerang mereka. Saya tidak bangga dengan perbuatan itu, namun saya hanya melindungi teman,” ia menjelaskan.
“Saya akan melakukan apa pun bagi teman, meski harus terkena masalah ujung-ujungnya,” kata Vardy.
Bagai Dongeng
Seperti kisah-kisah dongeng. Seorang buruk rupa menjadi putri cantik. Kini hidup Vardy berubah 180 derajat. Sejak bergabung dengan Leicester pada 2012, dengan transfer satu juta pound sterling, pemain termahal yang pernah ditransfer dari kompetisi non-liga, ia banyak mencatat prestasi.
Misalnya, ia mencetak rekor mampu menciptakan gol dalam 11 pertandingan berturut-turut di Liga Utama Inggris melewati rekor mantan penyerang Manchester United, Ruud van Nistelrooy, yang melakukannya dalam 10 pertandingan.
Rekor gol itu diciptakan Vardy kala menghadapi Manchester United di Liga Utama Inggris pekan ke-14 yang berkesudahan dengan skor akhir 1-1, akhir November lalu. Bahkan, bisa jadi Vardy lebih lagi. Sebab, van Nistelrooy mencetak prestasinya bersama klub yang langganan Liga Premier. Vardy, bersama Leicester.
Kegemilangan Vardy juga membawa tim Leicester mampu naik ke papan atas klasemen sementara Liga Inggris bersaing dengan tim-tim mapan seperti Manchester City, Manchester United, dan Arsenal.
Kabarnya, Real Madrid dan Barcelona hendak meminang laki-laki yang berencana menikahi tunangannya—Rebecca Nicholson—pada 2017 ini. (dbs)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...