Jangan Ada Lagi Kasus Buaya Mati Akibat Dipancing
MUKOMUKO, SATUHARAPAN.COM - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu meminta agar jangan ada lagi buaya di Sungai Selagan Kabupaten Mukomuko yang diduga mati karena dipancing.
"Intinya kami menyarankan tidak ada tindakan yang dilakukan baik masyarakat atau siapa pun yang membuat satwa dilindungi mati seperti setahun yang lalu dipancing akhirnya mati," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Said Jauhari saat dihubungi dari Mukomuko, Kamis (18/4).
Ia mengatakan hal itu setelah kembali konflik antara buaya dengan manusia di wilayah Kabupaten Mukomuko yang menyebabkan seorang warga Desa Tanah Harapan, Kecamatan Kota Mukomuko, meninggal dunia karena diserang buaya muara saat mencari ikan lokan di Sungai Selagan Senin (15/4).
Korban bernama Ide Suprianto (27) asal Desa Sari Bulan, Kecamatan Air Dikit yang menikah dengan warga Desa Tanah Harapan meninggal dunia setelah kakinya digigit buaya, lalu satwa tersebut menghempaskan tubuh korban berkali-kali di Sungai Selagan.
Ia mengatakan, paling tidak, kalau masyarakat atau siapa pun mau melakukan penyelamatan satwa di air, boleh saja tetapi tidak membuat satwa mati.
"Masyarakat bisa menggunakan kearifan lokal maupun menggunakan pawang, atau pasang perangkap di sungai, kemudian kami evakuasi, pindahkan," ujarnya.
Ia mengatakan, pihaknya telah menurunkan tim untuk melakukan langkah-langkah strategis dalam menangani kasus konflik buaya dengan manusia di wilayah Kabupaten Mukomuko.
Tim BKSDA turun ke lokasi untuk pelajari pengumpulan bahan keterangan (pulbaket) kronologisnya seperti apa sehingga warga meninggal karena diserang buaya.
Ia mengatakan, pihaknya akan mengambil langkah-langkah strategis seperti apa penanganannya, apa perlu dilakukan evakuasi buaya yang ada konflik dengan manusia melibatkan pihak terkait masyarakat dan desa.
Terkait dengan terulangnya kejadian tersebut, ia mengatakan, artinya masyarakat yang sudah diberikan imbauan tidak ditanggapi.
"Kita menyampaikan informasi di sana ada buaya di sungai itu, untuk itu warga lebih berhati-hati karena di situ habitat buaya lubuk," ujarnya.
Untuk itu, katanya, masyarakat jadi harus arif dalam menggunakan badan sungai untuk beraktivitas agar tidak terulang kembali tetapi kenyataannya terulang kembali, itu tahun 2022 ada korban.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...