Jazz Mben Senen Rayakan Sewindu Berproses Bersama
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Senin (29/1) malam pelataran Bentara Budaya Yogyakarta menjadi tempat perhelatan merayakan sewindu Jazz Mben Senen berproses di tempat tersebut.
Perayaan sederhana tersebut dihadiri tidak kurang 300 kaum muda penikmat jazz di Yogyakarta serta beberapa komunitas jazz dari luar Yogyakarta salah satunya Jazz Soringin dari Semarang, drummer Echa Soemantri, Wesley Geraldo, Juan Alexander Mandagir. Dalam prosesnya selama sewindu lebih, Jazz Mben Senen telah menggelar acara jamming di panggung kecil di pelataran BBY lebih dari 400 episode tanpa putus setiap Senin malam.
Keberadaan Jazz Mben Senen di Bentara Budaya Yogya tidak terlepas dari sentuhan tangan dingin Sindhunata (pendiri Bentara Budaya Yogyakarta) biasa dipanggil Romo Sindhu, Djaduk Ferianto (salah satu penggagas Ngayogjazz), koreografer Bambang Paningron, serta Aji Wartono (Warta Jazz).
"Delapan tahun itu waktu yang lama. Ada 416 episode tanpa jeda Jazz Mben Senen selalu hadir di tempat ini. Hujan atau tidak dan dalam keadaan apapun di tempat sederhana ini dengan panggung dan sound system seadanya kita bisa bertahan. Ini membuktikan bahwa kesenian tidak semata-mata tergantung pada sarana-prasarana namun pada keiginan dan cita-cita kita pada kesenian itu sendiri. Tempat ini bisa menjadi tempat di mana generasi muda saling berkenalan, saling berkreasi, nge-jamm, dan sungguh-sungguh menjadi bentuk kerukunan. Semoga ini (Jazz Mben Senen) mempersatukan kita." jelas budayawan Sindhunata dalam sambutan ulang tahun ke-8 Jazz Mben Senen, Senin (29/1) malam di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta.
Salah satu inisiator Jazz Mben Senen Djaduk Ferianto dalam sambutannya memberikan pesan kepada seluruh anggota komunitas untuk menjadikan Jazz Mben Senen sebagai tempat untuk berproses dalam mencari jati diri didalam bermusik dengan berbagai pilihannya.
"Saya meyakini hanya di Yogyakarta yang masih terpelihara proses menjadi penting. Pesan dari generasi sebelumnya bahwa apa yang kalian kerjakan ini adalah sebuah investasi kultural, karena kalianlah yang akan menempati posisi penting di kemudian hari. Kontribusi anda didalam bermain setiap Senin malam di sini, berproses, berinterkasi tua-muda, dan juga dengan penonton. Di sini adalah tempat berproses, berkesenian untuk menemukan identitas diri. Jangan puas menjadi peniru (epigon), temukan diri kalian didalam berkesenian." Djaduk Ferianto.
Jazz Mben Senen (JMS) sendiri dimulai dari acara jazz on the street yang diselenggarakan pada awal bulan Maret 2003 namun masih belum terjadwal rutin. Gagasan tersebut diprakarsai oleh Agung Prasetyo (Jogja Jazz Club/pimpinan festival Jazz Gayeng). Tahun 2007, penggemar dan pencinta jazz di Yogyakarta menyelenggarakan Jazz on The Street di Boulevard UGM depan gedung Purna Budaya Yogyakarta. Jazz on The Street mulai dilakukan secara rutin setiap satu bulan sekali pada hari Sabtu minggu pertama setiap bulannya.
Setelah berjalan dua tahun, Jazz on the Street atas prakarsa Romo Sindhu bersama Djaduk Ferianto, Bambang Paningron, Hatta Kawa, Aji Wartono, dan beberapa pencinta jazz di Yogyakarta bersepakat untuk membuat acara jam session rutin seminggu sekali. Dari obrolan yang berkembang, jam session akhirnya disepakati diadakan setiap hari Senin malam di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta. Dari sinilah akhirnya acara tersebut dinamakan "Jazz Mben Senen".
Selamat merayakan sewindu berproses, Jazz Mben Senen.
Lebanon Usir Pulang 70 Perwira dan Tentara ke Suriah
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Lebanon mengusir sekitar 70 perwira dan tentara Suriah pada hari Sabtu (27/1...