Jelang Akhir 2014, Kiriman Uang TKI Capai Rp 77,47 Triliun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Jelang berakhirnya tahun 2014, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mencatat kiriman uang TKI (remitansi) dari hasil bekerja di luar negeri yang dikirim ke Tanah Air dari Januari sampai September 2014 mencapai Rp 77,47 triliun. Tepatnya 6,1 miliar dolar AS atau setara Rp 77,47 dengan asumsi per 1 dolar AS senilai Rp 12.500.
"Remitansi TKI itu berdasarkan data Bank Indonesia (BI) dari Januari sampai September 2014 yang terinfo ke BNP2TKI pada awal Desember. Sementara untuk Oktober dan November belum terinfokan," kata Arini Rahyuwati, Direktur Pemberdayaan Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI, dalam keterangannya di Jakarta, Senin (22/12)
Arini mengatakan, berdasarkan negara penempatan, remitansi TKI tertinggi berasal dari TKI yang bekerja di negara-negara penempatan di kawasan Asia Pasifik sebesar 3,4 miliar dolar AS atau setara Rp 43 triliun. Berikut disusul negara-negara penempatan di kawasan Timur Tengah dan Afrika sebesar 2,1 miliar dolar AS atau setara Rp 26,7 triliun. Kemudian remitansi TKI yang bekerja di Amerika sebesar 5,1 miliar dolar AS atau setara Rp 6,4 triliun, dan negara-negara penempatan TKI di Eropa dan Australia sebesar USD 100 juta atau setara Rp 1,2 triliun.
Menurut Arini, remitansi TKI selama lima tahun terakhir antara tahun 2010 hingga 2014 cenderung naik. Pada 2010 sebesar Rp 60,76 triliun. Kemudian tahun 2011 sebesar Rp 61,390 triliun, tahun 2012 sebesar Rp 67,86 triliun, dan tahun 2013 sebesar Rp 90,36 triliun. Sedangkan pada 2014 hingga September sebesar Rp 77,47 triliun.
Lebih jauh Arini mengatakan, remitansi TKI yang masuk ke Tanah Air tersebut masih cenderung berpotensi lebih tinggi lagi, karena remitansi TKI tersebut belum terhitung yang dikirim melalui jasa wesel pos, Western Union, dan pengiriman jasa perorangan lainnya.
“Potensi remitansi yang dapat dikirimkan TKI dari luar negeri sangat besar. Akan tetapi masih belum dapat seluruhnya tercermin dari pengiriman uang melalui lembaga resmi yang ada,“ katanya.
Menurut Arini, hal itu disebabkan masih rendahnya pengetahuan TKI terkait penggunaan layanan jasa keuangan. Pengiriman uang yang digunakan TKI masih banyak melalui jaringan informal, seperti menitip teman, melalui jasa pengiriman uang nonresmi, dan toko atau jasa perorangan. Kemudian TKI umumnya berasal dari daerah pelosok yang tidak terjangkau perbankan.
Tingkat kepercayaan TKI terhadap lembaga keuangan resmi masih rendah. Transaksi keuangan melalui jalur perbankan masih dianggap sulit dan rumit bagi TKI.
“Sebagai upaya antisipasi, BNP2TKI bekerja sama dengan Bank Dunia melakukan kegiatan edukasi keuangan dan perbankan kepada warga masyarakat, terutama bagi calon TKI/TKI dan keluarga TKI, yang diharapkan dapat mengetahui seluk-seluk dunia perbankan, berikut diharapkan menjadi gemar menabung untuk modal usaha mandiri ketika sudah tidak menjadi TKI lagi,” katanya. (bnp2tki.go.id)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...