Loading...
MEDIA
Penulis: Francisca Christy Rosana 10:35 WIB | Jumat, 07 November 2014

Jelang FBF 2015, Jurnalis Indonesia Harus Perkaya Informasi

Claudia Kaiser, perwakilan pelaksana FBF, berbicara dalam International Indonesia Book Fair di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta pada Kamis (6/11) mengatakan tantangan terbesar Indonesia adalah perihal informasi. (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indonesia telah ditetapkan menjadi tamu kehormatan dalam pameran buku internasional Frankfurt Book Fair (FBF) 2015. Dengan menjadi tamu kehormatan, dunia penulisan dan penerbitan Indonesia akan dihadapkan dengan tantangan yang cukup besar. Claudia Kaiser, perwakilan pelaksana FBF yang datang ke International Indonesia Book Fair di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta pada Kamis (6/11), mengatakan tantangan terbesar Indonesia adalah perihal informasi.

Menurutnya, para jurnalis di Indonesia harus memperkaya tulisan mengenai dunia kesastraan dan penerbitan dalam versi Inggris dan diunggah ke laman Wikipedia.

“Pertama kali saya datang ke Indonesia, saya mencari tahu dunia kesastraan Indonesia melalui laman Wikipedia. Saya menemukan banyak sekali informasi, namun dalam bahasa Indonesia. Jadi, sebaiknya para jurnalis banyak menulis tentang kesastraan Indonesia dalam bahasa Inggris agar masyarakat dunia tahu literatur Indonesia dan penerbitan di Indonesia,” ujarnya.

FBF, kata Kaiser, merupakan pameran yang sangat besar dan terkenal di Jerman. Karena itu, tak heran jika menjelang FBF 2015 para wartawan di Jerman akan mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui internet  mengenai dunia kepenulisan dan kepenerbitan di Indonesia sebagai tamu kehormatan.

“Mereka membutuhkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai penerbit di Indonesia. Jadi masih banyak sekali yang harus dikerjakan, terutama penambahan informasi literatur dalam bahasa Inggris,” ujarnya.

Selain itu, hal yang harus disiapkan penerbit Indonesia dalam FBF tahun depan adalah mempublikasikan katalog-katalog melalui website masing-masing. E-book berbahasa Inggris, menurut Kaiser juga harus disediakan di website penerbit untuk memudahkan pembaca mencari tahu isi buku.  

Tembus Pasar Internasional

Pengorbitan buku skala internasional ini memang telah menjadi cita-cita setiap penerbit. Untuk itu, Goethe Institute sejak Agustus lalu mengadakan workshop sharing session guna memberi pembekalan kepada penerbit agar buku-buku terbitannya dapat tembus di Jerman.

Sinta S dari salah satu penerbit yang telah dua kali mengikuti FBF mengatakan agar karya dapat tembus di pasar internasional, penulis dan penerbit harus bekerja sama sasaran pembaca.

“Harus tahu nanti siapa yang akan membaca bukunya, tidak hanya sekadar terbit dan dipajang di rak,” ujarnya.

Sementara itu, Romy Agustinus dari Penerbit Marjin Kiri, mengatakan sebenarnya masyarakat dunia punya perhatian lebih pada buku-buku sastra Asia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, penerbit yang ikut dalam FBF 2015 mendatang harus pandai-pandai memanfaatkan situasi dan merancang strategi agar buku terbitannya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan tembus pasar internasional.

“Itu harus dimulai jauh-jauh hari sebelum ke sana, kita harus berkontak dengan penerbit Jerman. Negosiasi dengan penerbit Jerman atau penerbit asing lainnya sebaiknya juga diharapkan tidak hanya berlangsung saat acara berlangsung, tapi di luar jam itu juga,” kata Romy.

Romy mengimbau agar penerbit tidak terlalu kaku pada idealismenya.

“Jangan terlalu kaku bahwa yang diterjemahkan harus satu buku,” Romy menambahkan, "Kita bisa menerbitkan kumpulan cerpen yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman."

Romy yakin pembaca dunia banyak memiliki ketertarikan dengan karya sastra dari penulis-penulis Indonesia. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home