Jelang Masyarakat Ekonomi 2015, Hipmi Berharap Pemerintah Membantu
BANDAR SERI BEGAWAN, SATUHARAPAN.COM - Para pengusaha muda yang berwadah dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) berharap pemerintah membantu mereka menjelang pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015. Pada era ini, arus barang, jasa dan modal tidak ada lagi hambatan di antara negara ASEAN.
Wujud bantuan yang diharapkan, ujar Ketua Umum Hipmi Raja Sapta Oktohari di sela pertemuan pengusaha muda ASEAN di Bandar Seri Begawan, Brunai Darussalam, Rabu (21/8), modal, pasar dan legalitas. Tiga hal ini, tuturnya, menjadi faktor penting untuk meningkatkan daya saing usaha. Pertemuan pengusaha muda ASEAN berlangsung pararel dengan pertemuan menteri ekonomi ASEAN, yang berakhir Rabu kemarin.
Dalam hal permodalan, Hipmi memiliki pembanding antara Indonesia dan negara tetangga. Di negara tetangga, tuturnya, untuk mendapatkan pinjaman modal dari bank sangat mudah dan beban agunan atau jaminan tidak memberatkan. Sementara di Tanah Air, banyak persyaratannya, termasuk syarat agunan.
Selanjutnya dalam hal pasar, pemerintah harus mampu membantu pengusaha agar semakin mudah dan murah memasarkan produknya. Sementara dalam hal legalitas, pemerintah harus mampu membuat pengusaha nyaman dan mudah berusaha, termasuk dalam hal perijinan yang tidak mahal dan tidak bertele-tele.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi, yang mewakili Menteri Perdagangan Gita Wiryawan ditemui terpisah, menyatakan [engusaha Indonesia tidak perlu khawatir pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015. Kondisi persaingan pada era ini kelak, tuturnya, tidak jauh berbeda dengan sekarang.
"Pengusaha Indonesia sebenarnya sudah berada dalam persaingan di tingkat ASEAN," katanya di sela pertemuan ke-45 menteri ekonomi ASEAN.
Harus Percaya Diri
Pengusaha Indonesia, nilainya, tidak kalah karena banyak yang sudah melakukan ekspor ke negara ASEAN. "Hanya mereka tidak tahu ASEAN Economic Community (AEC) atau masyarakat ekonomi ASEAN. Seakan-akan era ini sesuatu yang menakutkan," katanya.
Salah satu tantangan pengusaha Indonesia, menurut Bayu, membangun kepercayaan diri. Mereka, lanjutnya, nyaman dengan pasar yang besar sehingga saat diajak untuk pasar yang lebih luas di ASEAN, seringkali tidak percaya dan ragu.
Tidak ada perlu dikhawatirkan, ujarnya, apalagi banyak negara yang sebenarnya kondisi daya saingnya lebih rendah dari Indonesia, katanya sambil menyebut beberapa negara.
"Ini pasar potensial," katanya, yang di dalamnya ada pasar yang bisa dimanfaatkan pengusaha untuk mengekspor produk yang sudah tidak sesuai dengan kondisi di Indonesia.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...