Jepang dan ASEAN Upayakan Kebebasan Melintas di Zona Udara China
TOKYO, SATUHARAPAN.COM - Jepang dan negara-negara Asia Tenggara pada Sabtu (14/12) mencapai kesepakatan menyangkut pentingnya kebebasan di udara.
Kesepakatan itu muncul dalam pertemuan penting pertama kalinya yang berlangsung di antara para pemimpin negara-negara kawasan sejak China meningkatkan ketegangan di kawasan dengan menerapkan zona pertahanan udara yang kontroversial.
Dukungan yang diperlihatkan secara-hati-hati bagi Tokyo dalam masalah sengitnya dengan Beijing itu muncul setelah Jepang menjanjikan bantuan dan pinjaman senilai 20 miliar dolar AS (Rp 239,7 triliun) untuk kawasan.
Dalam konferensi tingkat tinggi yang berlangsung di Tokyo, Perdana Menteri Shinzo Abe dan para pemimpin negara-negara anggota Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) "sepakat untuk meningkatkan kerjasama dalam memastikan kebebasan melintas serta keamanan penerbangan sipil".
"Kami menggaribawahi pentingnya menjaga perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasan serta memajukan keamanan dan keselamatan maritim, kebebasan pelayaran... dan penyelesaian masalah melalui jalan damai."
Pernyataan itu akan dilihat sebagai teguran halus dari negara-negara kawasan terhadap China, negara yang menghadapi sengketa kewilayahan dengan Jepang dan dengan empat anggota ASEAN. China juga telah berkali-kali dituduh melakukan intimidasi dan pemaksaan.
Pertemuan itu juga memberikan dukungan bagi keberadaan militer Jepang yang lebih kuat, yang digambarkan komunike itu sebagai "sumbangan proaktif bagi perdamaian".
"Para Pemimpin ASEAN menanti upaya Jepang dalam memberikan kontribusi secara efektif bagi perdamaian, stabilitas dan pembangunan di kawasan," kata pernyataan itu.
China dan Korea Selatan telah sering kali menyerukan peringatan menentang militer Jepang yang lebih lekat, namun hubungan Tokyo dengan Asia Tenggara --yang banyak di antaranya juga dijajah secara kejam, tidak terlalu memiliki sejarah yang berwarna.
Dukungan bagi Jepang itu muncul di akhir penyelenggaraan konferensi tingkat tinggi khusus untuk menandai 40 tahun hubungan Jepang dengan ASEAN, kelompok di kawasan yang dijanjikan Tokyo dua triliun yen (Rp232,3 triliun) untuk masa lima tahun.
Pertemuan itu merupakan yang pertama kalinya berlangsung signifikan di antara para pemimpin Asia sejak China menyatakan penerapan Zona Identifikasi Pertahanan Udara di atas Laut China Timur, termasuk wilayah udara di atas Kepulauan Senkaku yang dikelola Tokyo. Beijing mengklaim kepulauan itu sebagai Diaoyu.
Beijing menetapkan semua pesawat yang memasuk wilayah udara itu harus menyerahkan rencana penerbangan dan mematuhi perintah yang dikeluarkan pihak berwenang China.
Pengumuman itu dikritik sebagai langkah yang mengobarkan ketegangan serta dicemooh oleh Washington, Seoul dan Tokyo.
Zona itu juga ditetapkan setelah lebih dari 12 bulan berlangsungnya konfrontasi antara para penjaga pantai Jepang dan China di laut-laut dekat kepulauan yang disengketakan serta penetrasi yang dilakukan oleh pesawat-pesawat militer dan paramiliter serta pengunjukan kekuatan oleh kapal-kapal angkatan laut. (Ant)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...