Jepang Mencoba Meyakinkan Publik Terkait Nuklir
TOKYO, SATUHARAPAN.COM - Menteri Perindustrian baru Jepang Yuko Obuchi mengatakan bahwa Jepang yang merupakan bangsa miskin sumber daya harus realistis tentang kebutuhan energinya seiring dengan usaha pemerintah untuk meyakinkan publik yang skeptis tentang perlunya tenaga nuklir, Minggu (21/9).
Lebih dari tiga tahun setelah bencana di Fukushima, di mana tsunami menghancurkan reaktor nuklir, masyarakat Jepang tetap tidak yakin akan keselamatan teknologi nuklir.
Tugas sulit untuk meyakinkan publik harus diemban oleh Obuchi yang ditunjuk sebagai menteri perempuan pertama negara Jepang untuk mengurus masalah ekonomi, perdagangan dan industri oleh Perdana Menteri Shinzo Abe.
"Akan sangat sulit membuat keputusan untuk tidak memiliki tenaga nuklir sekarang," kata Obuchi dalam program debat langsung di NHK. "Ini adalah masalah sulit yang tidak bisa dijelaskan dalam pernyataan pendek, setelah peristiwa Fukushima, kita harus menganggap serius segala kekhawatiran yang ada," katanya setelah kunjungannya ke Fukushima dua pekan yang lalu
“Namun, dengan energi tingkat swasembada Jepang yang hanya enam persen, dibandingkan dengan Amerika Serikat 85 persen dan Perancis 50 persen, biaya energi yang ditanggung melonjak.Setelah kecelakaan Fukushima, biaya impor bahan bakar fosil melonjak sebesar 3,6 triliun Yen (US $ 33 miliar), atau 10 miliar Yen (US $ 92 juta) per hari."
Sebelum kejadian Fukushima, tenaga nuklir menyumbang hampir sepertiga dari kebutuhan energi negara itu. Obuchi menekankan bahwa pengawas nuklir independen yang didirikan setelah terjadinya bencana tersebut memiliki "pedoman keselamatan terketat di dunia".
Sebagai hasil adalah "Kebijakan pemerintah adalah memulai kembali pembangkit nuklir yang telah lulus pedoman ini," katanya. Pasokan energi terbarukan yang tidak stabil dari tenaga surya dan angin dan kebutuhan untuk mengurangi emisi CO2 menjadikan Jepang tidak bisa bergantung pada bahan bakar fosil, ia menambahkan. Pengawas nuklir Jepang awal bulan ini memberi lampu hijau rencana untuk membangun kembali dua reaktor, lebih dari tiga tahun setelah bencana Fukushima.
Namun, rintangan masih tetap ada, termasuk mendapatkan persetujuan dari masyarakat lokal. Sentimen anti-nuklir meluas sejak gempa dan tsunami Maret 2011 yang mengakibatkan kebocoran di Fukushima. Puluhan ribu orang dievakuasi dari rumah mereka, banyak di antaranya belum diizinkan untuk kembali, dengan para ilmuwan memperingatkan beberapa daerah mungkin harus ditinggalkan selamanya. (AFP)
Joe Biden Angkat Isu Sandera AS di Gaza Selama Pertemuan Den...
WASHIGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengangkat isu sandera Amerika ya...