Jerman dan Prancis Dorong Sanksi Eropa pada Rusia Terkait Peracunan Tokoh Oposisi
SATUHARAPAN.COM-Jerman dan Prancis menuduh Rusia "keterlibatan dan bertanggung jawab" dalam meracuni kritikus Kremlin, Alexei Navalny, dan mengumumkan bahwa kedua negara akan mengupayakan sanksi Uni Eropa atas kasus tersebut.
Namun pihak Moskow dengan cepat membalas bahwa tuduhan itu "tidak dapat diterima" dan sama dengan "pemerasan".
Kekuatan Eropa telah berulang kali meminta Moskow untuk menjelaskan peracunan yang terjadi di tanah Rusia, tetapi "sejauh ini tidak ada penjelasan yang kredibel yang diberikan oleh Rusia," menurut pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh menteri luar negeri Jerman dan Prancis.
"Dalam konteks ini, kami menganggap bahwa tidak ada penjelasan yang masuk akal untuk keracunan Navalny selain keterlibatan dan tanggung jawab Rusia," kata mereka.
Jerman sampai saat ini hanya mendesak Moskow untuk menyelidiki kasus tersebut, tetapi tidak melontarkan tuduhan langsung terhadap pemerintahan Presiden Vladimir Putin.
Juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova, menanggapi dalam sebuah pernyataan: "Deklarasi kedua menteri, tidak dapat diterima dalam isi dan nada, menandakan kurangnya keinginan Paris dan Berlin untuk mempertimbangkan fakta." Dia menambahkan bahwa mereka bersalah atas "ancaman dan upaya untuk memeras kami ".
Konfirmasi Bukti dari Laboratorium
Nada tajam dari kekuatan Eropa datang sehari setelah pengawas senjata kimia PBB, OPCW, mengkonfirmasi temuan Jerman, Prancis dan Swedia bahwa pemimpin oposisi Rusia diracuni dengan racun saraf dari kelompok Novichok yang dikembangkan Uni Soviet.
Paris dan Berlin mengatakan mereka akan mendorong sanksi Uni Eropa yang menargetkan "individu yang dianggap bertanggung jawab atas kejahatan ini dan pelanggaran norma internasional, berdasarkan fungsi resmi mereka, serta entitas yang terlibat dalam program Novichok."
Pada Rabu pagi, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas telah mempersiapkan langkah tersebut, mengatakan kepada anggota parlemen Jerman bahwa sanksi terhadap Rusia akan "tidak dapat dihindari" kecuali jika Moskow menyelesaikan kasus tersebut. "Pelanggaran serius hukum internasional dilakukan dengan senjata perang kimia, dan hal seperti itu tidak bisa tanpa konsekuensi," katanya.
Navalny secara medis dievakuasi ke Jerman pada akhir Agustus setelah jatuh sakit di pesawat dan menghabiskan beberapa hari di rumah sakit Siberia. Dia dipulangkan setelah lebih dari sebulan di rumah sakit Berlin Charite dan telah berjanji untuk kembali ke Rusia untuk melanjutkan kampanye oposisi ketika dia pulih sepenuhnya.
Rusia telah menolak tuduhan itu, mengecam atas "skenario konspirasi" yang direncanakan sebelumnya. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...