Jerman Luncurkan Aplikasi Jam Tangan Pintar Pantau Penyebaran Virus Corona
BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Institut Robert Koch (Robert Koch Institute/RKI) meluncurkan sebuah aplikasi seluler untuk memantau penyebaran virus corona baru di Jerman, seperti diumumkan lembaga pemerintah federal dan lembaga penelitian yang bertanggung jawab dalam pengendalian dan pencegahan penyakit tersebut pada Selasa (7/4).
Aplikasi ini tersedia untuk perangkat iOS dan Android dengan nama "Corona Datenspende" atau (donasi data corona). Menurut RKI, aplikasi ini dapat bekerja dalam perangkat gelang kebugaran (fitnesswristband) digital, atau jam tangan pintar (smartwatch) dari berbagai pabrikan.
Aplikasi ini tidak memerlukan data pribadi pengguna, seperti nama atau alamat. Namun, pengguna hanya akan diminta memasukkan kode pos mereka sekali, kata RKI.
"Saat ini ada banyak gagasan tentang bagaimana aplikasi digital dapat membantu memutus rantai penyebaran COVID-19," kata Presiden RKI Lothar Wieler. Untuk mempelajari penyebaran penyakit ini, angka-angka data resmi saja tidak cukup.
Banyak orang di Jerman sudah secara teratur melaporkan data kesehatan mereka, seperti denyut jantung saat istirahat, waktu tidur, dan tingkat aktivitas fisik, melalui perangkat jam tangan pintar atau gelang kebugaran.
Menurut RKI, selama terjangkit penyakit pernapasan akut, tanda-tanda vital tersebut akan "berubah secara signifikan dalam banyak kasus."
Aplikasi baru ini nantinya dapat digunakan untuk merekam gejala tertentu seperti demam, kurang aktivitas, atau kurang tidur, kata RKI, yang mengembangkan aplikasi tersebut bersama perusahaan kesehatan digital (e-health) Jerman, Thryve.
Data yang diberikan oleh pengguna akan memungkinkan para ilmuwan RKI "memperoleh wawasan yang lebih terperinci mengenai penyebaran coronavirus." Selain itu, meski tidak ditujukan untuk melacak kontak langsung secara individual, aplikasi ini "dapat membantu mengidentifikasi titik penyebaran virus dengan lebih baik."
"Jika jumlah pasien yang memiliki gejala dapat direkam dalam ukuran sampel yang cukup besar, ini dapat membantu kita menarik kesimpulan secara lebih dini tentang insiden infeksi dan penyebaran wabah, serta efektivitas langkah-langkah yang telah diterapkan sebelumnya," kata Wieler.
Kini, sejumlah warga Jerman tampak sudah menggunakan aplikasi baru ini. Pasalnya, tak lama seusai meluncurkan aplikasi tersebut pada Selasa(7/4), RKI mengumumkan melalui akun Twitter resminya bahwa "karena banyaknya akses, kami mengalami kendala teknis." (Xinhua/Ant)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...