Jerman Tolak Gugatan Pengungsi Suriah terhadap Facebook
WURZBURG, SATUHARAPAN.COM – Pengadilan Jerman pada hari Selasa (7/3) menolak kasus yang diajukan oleh salah satu pengungsi asal Suriah terhadap Facebook yang selalu menampilkan wajahnya saat melakukan swa foto bersama Kanselir Jerman Angela Merkel yang membuatnya selalu menjadi target rasis.
Foto Anas Modamani (19) berulang kali digunakan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk menghubungkannya dengan serangan atau kasus kejahatan, termasuk kasus di mana sekelompok remaja membakar seorang pria tunawisma di Berlin pada hari Natal tahun lalu.
Modamani menginginkan sosial media raksasa AS yang diwakili oleh Facebook Ireland Limited untuk menghentikan penyebaran berita palsu yang telah dibagikan ke sesama pengguna media sosial selama berkali-kali.
Secara khusus dia ingin memaksa Facebook untuk secara aktif mengidentifikasi dan menghapus unggahan tersebut daripada menunggu pengguna media sosial untuk tidak membagikan unggahan berita palsu tersebut.
Kantor berita Jerman, DPA melaporkan pengadilan di Wurzburg sudah memutuskan bahwa Facebook tidak memuat berita atau unggahan yang bernada fitnah sehingga tidak bisa bisa dituntut untuk menarik unggahan tersebut atau berhenti menampilkannya dalam tautan Facebook.
Modamani yang diwakili oleh pengacaranya, Jun Chan-jo, yang baru-baru ini melayangkan gugatan terhadap Facebook, menuntut platform media sosial tersebut untuk berhenti menyebarkan ujaran kebencian berbau rasis dan beberapa konten ilegal lainnya di bawah hukum Jerman.
“Mereka (Facebook) harus bayar mahal karena telah melanggar hukum,” kata Chan-jo di akun Twitter-nya sebelum putusan pengadilan di kota Jerman selatan, Wurzburg.
Sementara itu, Modamani menyatakan kepada Aljazeera bahwa foto itu telah ‘mengubah hidupnya’.
Unggahan yang tidak benar untuk pertama kalinya adalah pada bulan Maret 2016 ketika fotonya dikira sebagai Najim Laachraoui, salah satu penyerang dibalik pemboman Brussels. Unggahan itu menyebut ‘Merkel melakukan swa foto bersama teroris’.
Beberapa bulan kemudian, unggahan lainnya mulai muncul di Facebook, Modamani akhirnya memulai proses hukum dan menuding Facebook telah gagal untuk mengambil tindakan terhadap unggahan yang merugikan dirinya.
“Aku menangis ketika melihatnya,” kata Modamani. “Saya ingin hidup dalam damai di Jerman. Saya melarikan diri dari perang dan pertumpahan darah di Suriah untuk hidup dengan aman. Saya sangat takut meninggalkan rumah setelah saya melihat apa yang orang tulis tentang saya di Facebook. Ini bukan hanya masalah saya. Ini adalah masalah terkini yang harus diselesaikan.”
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...