Jeruk Bali, Penyembuh Tukak Lambung
SATUHARAPAN.COM – Hampir semua orang kenal jeruk bali, yang dikenal juga dengan nama pomelo. Rasa dan bentuknya sangat khas. Kulitnya sering dimanfaatkan anak-anak di pedesaan sebagai bahan baku mobil-mobilan. Daging buahnya yang segar dan banyak mengandung air bisa langsung dimakan setelah dikupas, atau sebagai campuran salad maupun rujak, jelly, dan sebagainya.
Selain buahnya yang manis, kulitnya yang tebal juga dapat dibuat manisan. Sedangkan bunganya oleh orang-orang Vietnam biasa dijadikan bahan campuran parfum, dan kayu dari pohon jeruk bali biasa dibikin perkakas dapur.
Jeruk bali, menurut budaya Tiongkok, dikutip dari budaya-tionghoa.net, selalu disediakan pada saat menyambut hari Imlek. Dalam bahasa Mandarin jeruk bali disebut youzi, yang bermakna yo atau perlindungan. Arti lainnya adalah persatuan dan berkumpulnya keluarga karena modelnya yang bulat besar.
Jeruk bali memiliki banyak sekali manfaat bagi tubuh, karena memiliki kandungan likopen cukup tinggi, yaitu 350 mikrogram per 100 gram daging buah. Kandungan likopen berfungsi sebagai antioksidan yang bisa menangkal radikal bebas, mengatasi luka lambung, dan mencegah kanker. Kandungan pektin yang tinggi bisa menurunkan kolesterol secara drastis.
Para ahli dari Universitas Jagiellonian Polandia menemukan ekstrak jeruk bali mengandung antibakteri dan antioksidan yang bisa menenangkan asam lambung dalam perut untuk membantu proses penyembuhan sakit tukak lambung.
Dr Thomas Brzozowski, peneliti dari Universitas Jagiellonian Polandia , menyarankan agar penderita tukak lambung memasukkan jeruk ke dalam diet mereka, meski secara alamiah mengandung asam. Ekstraknya diyakini bisa mengurangi kadar enzim COX-1 dan COX-2 yang ada dalam obat-obatan. Kondisi itu memainkan peran utama dalam upaya penyembuhan lambung. Para peneliti yakin ekstrak jeruk bali mampu menyatukan kedua enzim itu dalam proses penyembuhan lambung.
Menurut Urlich Splinghter, peneliti dari Universitas Friedrich Schiller, Jerman, kandungan senyawa kimiawi yang terdapat di dalam buah jeruk bali tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan jantung dan lambung, tetapi juga baik untuk kesehatan gusi karena kadar vitamin C-nya tinggi.
Pemerian Botani Pohon Jeruk Bali
Jeruk bali, dikutip dari usu.ac.id, merupakan terna pohon dengan pertumbuhan cabang mulai dari pangkal batang. Ketinggian tajuk hanya 10 m. Batang jeruk bali berkayu keras dan liat.
Daun jeruk bali berbentuk jorong dengan ujung meruncing dan bersayap pada bagian tangkainya. Warna daun hijau muda, tebal, dan mengilap.
Bunganya berwarna putih dan beraroma sangat harum, tumbuh pada ujung ranting.
Bentuk buahnya bervariasi, mulai dari bundar, agak pipih, hingga bundar sempurna. Warna kulit buah bervariasi dari hijau gelap sampai hijau kekuningan setelah masak. Diameter buah rata-rata sekitar 20 cm. Biji berukuran sekitar 1 cm. Daging buah muda diurai, berwarna mulai dari putih, kekuningan merah jambu dan merah tua. Rasanya bervariasi dari masam, manis masam, manis sampai manis bercampur getir (agak pahit).
Kendati terkenal dengan nama jeruk bali, buah satu ini sama sekali tak ada kaitannya dengan Bali. Jeruk bali, atau pomelo (bahasa Inggris), menurut Wikipedia memiliki nama ilmiah Citrus grandis, atau Citrus maxima.
Nama pommel, sekarang disarankan oleh Departemen Pertanian karena jeruk ini tidak ada kaitannya dengan Bali. Meskipun populer dengan sebutan jeruk bali, sentra jeruk ini bukan di Pulau Bali, melainkan di Nambangan, Magetan (Jawa Timur).
Tanaman jeruk bali yang merupakan tanaman asli Indonesia, dikutip dari usu.ac.id, menyebar hingga Iran, Pakistan, India, Malaysia, Tiongkok, dan Australia. Salah satu varietas pomelo, sudah dikembangkan di negara-negara subtropis dan populer dengan sebutan grapefruit.
Ukuran grapefruit sedikit lebih kecil daripada jeruk bali dan kegunaannya hanya untuk konsentrat. Konsentrat grapefruit yang didinginkan biasa diminum pada pagi hari sebelum masyarakat menyantap roti, kentang, daging, dan sarapan lain.
Jeruk bali memiliki beberapa nama daerah. Di Sumatera antara lain dikenal dengan nama boh gir, munter, nagiri (Aceh), unte bolon, unte godang, unte susu (Batak), dima kasumba (Nias), muntei (Mentawai), limau besar, jeruk besar (Melayu), limau gadang (Minangkabau), limau balak, limau kibau (Lampung). Sementara di Kalimantan, dikenal dengan nama limau gulong, kerowohu, kelewuku (Dayak).
Di Jawa, nama local lainnya adalah jeruk delima, jeruk bali (Sunda), jeruk adas, jeruk bali, jeruk gulung, jeruk macan, jeruk rawa (Jawa), jeruk macan (Madura). Orang Bali menyebutnya jeruk muntis. Di Nusa Tenggara, dikenal dengan nama lokal jeruti (Sasak), mundeh (Flores), muda tapo (Alor).
Nama lokal yang dikenal di Sulawesi: limu sumba, munte kasumba, muntoi kasumba, munte bangkok (Sulawesi Utara); Maluku: susi ma'a, ahusi a'ate, umusi ane-ane (Seram Barat), musi walanta, usi anan (Seram Selatan), pohit bagut, puhat wolanda (Buru), pafo kastela (Halmahera Selatan), wamo lalago, wawa hangkari, sangkari (Halmahera Utara), lemo lolamo (Ternate), joji lamo(Tidore). D, Papua, buah ini dikenal dengan nama jodi.
Sementara itu, di daerah penyebarannya, pomelo dikenal dengan nama you chi atau youzi (Tionghoa), pompelmoes (Belanda), pumolnose, pumelo, grape fruit (Inggris), som-o (Thailand), lukban, suha (Filipina), limau abung (Malaysia).
Dari seluruh negara di Asia Tenggara, Thailand adalah negara yang paling terkenal dengan pomelonya yang rasanya manis. Tidak seperti jeruk bali yang merona pink, pomelo di Thailand berwarna kuning pucat.
Jeruk bali termasuk jenis yang mampu beradaptasi dengan baik pada daerah kering dan relatif tahan penyakit, terutama CVPD yang pernah menghancurkan pertanaman jeruk di Indonesia.
Beberapa kultivar unggulan Indonesia di antaranya Nambangan Srinyonya, Magetan, Madu, atau Bageng (tanpa biji)
Tiga kultivar yang pertama ditanam di sentra produksi jeruk bali di Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun, sedangkan yang terakhir ditanam di daerah Bageng, Kabupaten Pati.
Khasiat Herbal Pomelo
Jeruk bali, dikutip dari usu.ac.id, memiliki cita rasa manis, asam, dan segar, karena banyak mengandung air. Jeruk bali mengandung vitamin B, provitamin A, vitamin B1, B2, dan asam folat. Kandungan lain seperti flavonoid, pektin, dan lycopene menjadikan buah ini semakin kaya akan zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan.
Seperti jeruk lain, jeruk bali adalah sumber vitamin C (43 mg dalam 100 gram bagian) dan sangat baik sebagai sumber antioksidan. Flavedo mengandung minyak esensial, pigmen karotenoid, dan senyawa steroid, sedangkan albedo kaya akan senyawa selulosa, hemiselulosa, lignin, pektat, dan fenolik.
Bagian dalam kulit buah jeruk bali yang berwarna putih (albedo) dapat dijadikan makanan, seperti manisan, selain itu dapat dibuat menjadi alkohol dan gula tetes, serta dapat juga diekstrak kandungan pektin di dalamnya.
Purbianti Dian Indra dalam bukunya yang berjudul Pemanfaatan Kulit Buah Jeruk (Citrus sp) dalam Pembuatan Pektin - Kajian Varietas buah Jeruk dan Jenis Bahan Pengendap (2005), menunjukkan pektin paling banyak terdapat pada kulit jeruk bali dibandingkan dengan kulit jeruk keprok dan jeruk lemon. Tingginya pektin dalam jeruk bali dapat menurunkan risiko penyakit jantung.
Kandungan likopen dalam daging buah jeruk bali juga tinggi. Aktivitas antioksidan likopen dua kali lebih kuat dibandingkan betakaroten dan sepuluh kali lipat lebih kuat dibandingkan vitamin E.
Jeruk bali, menurut tim peneliti Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, dikutip dari repository.unej.ac.id, dapat dibuat formulasi selai yang berbahan baku daging dan kulit buah jeruk bali dari kultivar Nambangan. Ternyata formulasi selai jeruk pomelo, selain mengandung vitamin C tinggi, juga memiliki serat yang tinggi. Hal ini karena pomelo memiliki lapisan putih di dalam kulit jeruk yang disebut Albedo, yang mengandung serat lebih banyak dari daging buah jeruk sendiri. Pektin sangat baik sebagai sumber dari serat makanan dalam makanan.
Tim peneliti mahasiswa Fakultas Farmasi Universtas Gadjah Mada Yogyakarta, yakni Annisa Novarina, Amanita Khoiril Hana, Laaeli Muntafiah, dan Ragil Setia Dianingati, telah mengembangkan suatu formula baru yang mampu mengatasi osteoporosis pada wanita menopause. Mereka menambahkan ekstrak kulit jeruk bali sebagai tambahan dalam pembuatan susu tinggi kalsium.
“Sebenarnya dalam kulit jeruk bali mengandung senyawa fitoestrogen yaitu naringin dan hesperidin yang termasuk dalam golongan flavonoid. Keduanya memiliki sifat estrogenik yang mampu meningkatkan densitas tulang dengan mekanisme aksi menyerupai hormon estrogen,” kata Ragil Setia Dianingati, mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, Selasa (14/9/2013) di Kampus UGM, seperti dikutip dari situs ugm.ac.id.
Penambahan kulit jeruk bali pada susu tinggi kalsium bisa meningkatkan kepadatan tulang karena kandungan fitoestrogen dalam ekstrak kulit jeruk bali mampu menghambat kerja osteoklas. Osteoklas yang dihambat menyebabkan turunnya aktivitas perombakan tulang sehingga kepadatan tulang tetap terjaga.
Hasil penelitian mahasiswa muda itu berhasil menghantarkan ketiganya meraih medali emas kategori poster dan medali perunggu kategori presentasi dalam PIMNAS di Mataram 9-13 September 2013.
Sedangkan Evi Diana Pertiwi dari Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, meneliti formulasi sediaan pelembab perasan buah Jeruk bali dalam bentuk krim. Hasil penelitiannya menunjukkan konsentrasi ekstrak jeruk bali yang mengandung karbohidrat jenis sukrosa telah mampu menghidrasi kulit dengan menarik air masuk dalam kulit dan semakin besar konsentrasi ekstrak jeruk bali maka nilai efektivitas sediaan pelembab perasan buah jeruk bali sebagai pelembab juga semakin meningkat.
Tim peneliti dari Departemen Teknologi Farmasi, Universitas Jadavpur, Kolkata, Bengal Barat India, meneliti aktivitas antitumor daun jeruk bali pada tikus albino Swiss. Hasilnya menunjukkan aktivitas antitumor yang signifikan dari ekstrak daun jeruk bali, namun bergantung pada dosis.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...