"Jogja Care Lombok" di Bentara Budaya Yogyakarta
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Di tengah duka yang sedang melanda saudara-saudara di Lombok akibat bencana gempa, selama bulan Agustus Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) bersama berbagai komunitas seni di Yogyakarta menggelar solidaritas dan penggalangan dana kemanusiaan untuk korban bencana gempa Lombok.
Pada Jumat (10/8) malam, delapan kelompok musik diantaranya Yayasan Jono Terbakar, Tashoora, Tiger Paw, dan Rubah di Selatan menggelar acara penggalangan donasi "360 menit untuk Lombok" di pelataran BBY dengan mengumpulkan dana lebih dari delapan juta rupiah serta makanan-obat-obatan, maupun pakaian yang dikirimkan melalui salah satu penggagas acara donasi.
Pada 24-27 Agustus sebanyak 202 seniman-perupa dari berbagai daerah memamerkan karya dua matra merespon sampul cakram padat album perdana dari grup musik Ikhlas experience yang digawangi seniman Putu Sutawijaya di ruang pamer BBY. Sebanyak 365 karya dalam berbagai teknik penyajian sketsa/drawing/painting dan cetak grafis ditawarkan mulai harga Rp. 200.000. Seniman-perupa terlibat diantaranya Agung Pekik, penulis Kris Budiman, Yaksa Agus, Nasirun, Faisal Kamandobat, hingga pelukis senior Djoko Pekik.
"Dalam dua hari pertama terjual sekitar 50 sampul cakram padat album grup musik Ikhlas experience. Seluruh hasil penjualan akan disumbangkan kepada saudara-saudara di Lombok yang sedang ditimpa bencana gempa bumi," kata penanggung jawab pameran Jenni Vi Mee Yei kepada satuharapan.com pada sebuah pembukaan pameran di Miracle prints, Sabtu (25/8) sore.
Lebih lanjut Jenni menjelaskan bahwa produksi sampul cakram padat tersebut secara low budget menggunakan art paper 300 gsm berukuran dua kali 12,5 cm x 12,5 cm untuk menekan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas karya. Sebagian besar seniman-perupa merespon sampul tersebut pada dua muka.
Karya paling mahal dibuat oleh pelukis senior Djoko Pekik seharga Rp 5.000.000 yang dibeli oleh art lover dari Jakarta, sementara Putu Sutawijaya membuat tiga karya yang kesemuanya laku terjual masing-masing Rp 1.000.000.
Berada di wilayah sesar aktif, masyarakat Yogyakarta tentu masih ingat bagaimana rasanya mengalami bencana gempa tahun 2006 yang menelan ribuan jiwa. Begitupun hidup berdekatan dengan gunung paling aktif Gunung Merapi, bukan trauma yang seharusnya dipupuk dalam ingatan namun bagaimana bersolidaritas atas apa yang pernah dialaminya sehingga tumbuh empati di atas nilai-nilai kemanusiaan. Teruslah saling merentangkan tangan untuk kemanusiaan, sekecil apapun itu sangat berarti bagi warga di sana.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...