Jokowi: Bisa Saja Subsidi Banyak Tapi Tidak Mendidik Rakyat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, tidak selalu proses pembangunan itu menyenangkan, semua harus sadar semuanya.
Kepala Negara menyampaikan bahwa dalam pembangunan ada proses kadang pahit, ada proses kadang sakit, ada proses suatu saat semua pihak memetik buahnya.
“Lah ini jangan sampai kita mendidik masyarakat ini untuk gampang instan, gampang hal-hal yang senang, gampang hal-hal yang memanjakan,” kata Presiden Jokowi saat menghadiri peluncuran buku “Jokowi Menuju Cahaya” karya Alberthiene Endah, di Ballrom Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Kamis (13/12) sore.
Kalau kebijakan itu inginnya seperti itu, menurut Presiden, mudah betul. “Buat saja subsidi sebanyak-banyaknya, buat saja bantuan sosial sebanyak-banyaknya, buat saja BLT (Bantuan Langsung Tunai) sebanyak-banyaknya kepada masyarakat. Senang semuanya,” ujarnya.
Tetapi Presiden mengingatkan, membangun sebuah rumah yang kokoh perlu pondasi-pondasi yang kuat atau pilar-pilar yang kuat.
Pada kesempatan itu, Presiden mengibaratkan, dalam perjalanan panjang menuju ke sebuah negara yang besar semua memerlukan dalam berkompetisi, dalam bersaing, yang namanya infrastruktur itu syarat.
Ia menambahkan bahwa faktor yang kedua manusianya, juga menjadi syarat mutlak.
“Artinya pembangunan sumber daya manusia, peningkatan kualitas sumber daya manusia itu betul-betul menjadi sebuah syarat, dan itu akan kita lakukan secara besar-besaran setelah pembangunan infrastruktur ini berjalan, bukan dihentikan ya. Berjalan ini (infrastruktur) kita menggeser lagi ke pembangunan sumber daya manusia secara besar-besaran,” terang Presiden.
Tapi dalam proses-proses seperti ini, jelas Presiden Jokowi, kadang bisa sakit, kadang bisa pahit.
“Ya itu sebuah proses yang tidak instan. Karena ini pilar membangun sebuah rumah itu tahap-tahapannya seperti itu,” ujarnya.
Kemudian juga yang ketiga, menurut Presiden, reformasi struktural di dalam pemerintahan harus juga berjalan. Ia mengingatkan, bahwa sekarang yang namanya negara besar belum tentu mengalahkan negara kecil, negara yang kuat belum tentu bisa mengalahkan negara yang lemah
Tetapi, sambung Presiden, bahwa negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat, negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lamban, ke depan pasti seperti itu.
“Inilah, inilah bangunan-bangunan yang kita siapkan menuju ke sana,” kata Presiden Jokowi menegaskan, seraya menambahkan, dalam kesusahan itu akan menimbulkan sebuah kekokohan.
Artinya, menurut Presiden, ada gelombang apapun nantinya; gelombang ekonomi, gelombang-gelombang politik, bangsa ini akan tetap menjadi sebuah bangsa besar dan bangsa yang kokoh.
Kalau memanjakan, menurut Presiden, terkena gelombang sedikit saja sudah langsung hilang terseret oleh gelombang tadi.
“Itu bedanya yang tadi yang susah, yang sakit, yang pahit dengan yang dimanjakan, disenang-senangkan, bedanya di situ,” ujar Presiden Jokowi.
Peluncuran buku Jokowi Menuju Cahaya itu dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Polhukam Wiranto, Mendikbud Muhadjir Effendy, Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita, Menag Lukman Hakim Saifuddin, Menlu Retno Marsudi, dan Jaksa Agung Prasetyo. (Setkab)
Editor : Melki Pangaribuan
Rusia Mengemasi Peralatan Militer di Pangkalan di Suriah
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Rusia tampaknya mengemasi peralatan militer di pangkalan udara militer di ...