Jokowi Diskusi Pelestarian dan Pemanfaatan Bambu di Ngada
NGADA, SATUHARAPAN.COM-Presiden Joko Widodo berkunjung ke Kampus Bambu Turetogo, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada hari Rabu, 1 Juni 2022. Jokowi dan Ibu Iriana Joko Widodo berkesempatan melihat berbagai produk bambu, seperti sepeda bambu yang dinamai Spedagi, bambu laminasi yang dapat digunakan untuk tiang, dinding, hingga lantai.
Presiden mendapat paparan tentang konservasi kekayaan bambu endemik Indonesia, dan pentingnya bambu bagi restorasi lahan, konservasi air dan mitigasi perubahan iklim, termasuk melalui penanaman di areal perhutanan sosial dan lahan-lahan kritis.
Presiden dan Ibu Iriana kemudian mendapatkan penjelasan mengenai Kampus Bambu Turetogo dari Arief Rabik yang merupakan Ketua Yayasan Bambu Lestari (YBL). Arief memaparkan sistem laminasi bambu dan teknologi bambu yang bisa menggantikan kayu.
Presiden menyambut baik sistem tersebut. “Tanggapan Pak Presiden positif, beliau menanyakan tentang beberapa teknologi dan bagaimana caranya untuk membangun pabrik berbasis desa dan laminasi,” kata Arief dalam keterangannya usai kunjungan berlangsung.
“Saya berterima kasih banyak atas kunjungan Pak Presiden ke Kampus Desa Bambu di Turetogo, Flores, Ngada,” katanya.
Penasihat Senior Yayasan Bambu Lestari Noer Fauzi Rachman menyampaikan bahwa Kampus Bambu selain tempat melatih mama-mama Bambu, juga tempat untuk melatih pemangku kepentingan lainnya di sektor industri bambu rakyat.
“Kampus Bambu ini menjadi tempat di mana kita melatih Mama-mama Bambu dan anak muda mulai dari pengalaman pertama melakukan pembibitan bambu berasal dari tunas, pembesaran hingga praktik pengelolaan hutan bambu lestari. Kemudian juga pelatihan bagi pendamping lapangan pandu-pandu bambu, kemudian juga pemerintah daerah, multi sektor yang lain, termasuk mengorkestrasi industrinya.” Kata Noer Fauzi Rachman.
Presiden juga berdiskusi dengan Direktur Eksekutif Yayasan Bambu Lestari (YBL), Monica Tanuhandaru, dan Ahli Taksonomi Bambu LIPI, Profesor Elizabeth Anita Widjaja.
Mama Bambu
Presiden dan Ibu Iriana melihat rumah bambu lestari, beragam produk bambu, termasuk sepeda bambu yang disebut Spedagi. Presiden juga berbincang-bincang dengan Mama-mama pelopor bambu.
“Berapa bibit bisa dihasilkan dalam sebulan?” tanya Presiden. “Bisa sampai 8.000 bibit Pak Presiden,” jawab seorang Mama Pelopor Bambu.
Mama-mama Bambu adalah ibu-ibu yang belajar pembibitan bambu dari tunas selama tujuh hari di Kampus Bambu ini. Mereka merupakan perwakilan dari desa-desa yang ada di tujuh kabupaten di Flores, termasuk Kabupaten Ngada.
Seorang Mama Bambu menjelaskan dengan menghasilkan 8.000 bibit, mereka mendapatkan insentif sebesar Rp 2.500 per anak bambu. “Hasilnya lumayan dan digunakan untuk anak sekolah, kesehatan dan pengeluaran untuk keluarga” kata salah seorang dari mereka.
Dari Kampus Bambu Tureogo, Presiden beserta Ibu Iriana melanjutkan perjalanan menuju helipad untuk kembali ke Ende dengan menggunakan helikopter Super Puma TNI AU. Turut mendampingi Presiden, saat berkunjung ke Kampus Bambu adalah Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Gubernur NTT Viktor Laiskodat, Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi, Ketua Penggerak PKK Provinsi Julie Laiskodat, serta Bupati Ngada Andreas Paru.
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...