Jokowi: Gotong Royong sebagai Implementasi Pancasila Kunci Penanganan Pandemi
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM-Implementasi Pancasila berupa gotong royong seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan merupakan kunci utama dalam penanganan pandemi di Indonesia.
Itu dikatakan Presiden Joko Widodo pada acara Dies Natalis ke-67 Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) di Pusat Pembelajaran Arntz-Geise (PPAG) Unpar, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada hari Senin (17/1).
“Saya lihat betul implementasi dari Pancasila itu ada, masih kuat sekali kegotong-royongan kita. Itu yang tidak dimiliki negara lain,” katanya.
Ditambahkan, “Banyak yang kaget kenapa Indonesia bisa tahu-tahu turun dari 56 ribu (kasus COVID-19) ke hanya angka-angka seratusan. Ya kuncinya di situ. Semuanya bergerak, pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI, Polri, organisasi-organisasi rakyat, perangkat kita sampai ke bawah, semuanya.”
Presiden bersyukur bahwa angka kasus harian 56 ribu yang sempat terjadi di pertengahan bulan Juli 2021 kini telah menurun drastis di rentang ratusan kasus saja. Per hari kemarin (16/1), angka kasus harian COVID-19 nasional tercatat 855 kasus saja.
“Kenapa kita bisa menurunkan drastis dari 56 ribu ke angka seratusan? Itu karena kita memiliki yang namanya gotong royong, Pancasila kita ada di situ. Negara besar tidak memiliki. Mereka tidak mempunyai bahwa rakyat di desa, rakyat di RT, rakyat kita di RW mau memberikan rumahnya untuk isolasi, untuk karantina, yang berpunya mau memberikan sembako kepada yang baru kesusahan karena pandemi,” katanya.
Tentang vaksinasi, Jokowi menyebutkan, saat ini 30 provinsi telah mencapai target vaksinasi di atas 70 persen, dengan total dosis vaksinasi secara nasional telah mencapai 297,5 juta dosis. Capaian tersebut bukanlah sesuatu yang mudah terutama jika mengingat tantangan geografis yang dimiliki oleh Indonesia.
“Menyuntikkan 297 juta kali ke 17 ribu pulau, 514 kabupaten dan kota, 34 provinsi bukan barang yang mudah. Ada yang harus naik perahu, ada yang harus naik sepeda motor untuk naik ke gunung, bukan barang yang mudah,” katanya.
“Saya sangat mengapresiasi TNI dan Polri yang memberikan dukungan penuh dalam rangka vaksinasi ini. Kita ini, vaksinasinya nomor empat di dunia setelah China, India, Amerika, kemudian Indonesia,” katanya.
Disrupsi teknologi dan revolusi industri 4.0 juga telah menyebabkan ketidakpastian global meningkat. Kompleksitas masalah global tersebut ditambah juga dengan kelangkaan energi, pangan, hingga kontainer yang menyebabkan distribusi logistik terganggu.
Kenaikan inflasi terjadi di hampir semua negara telah menyebabkan kenaikan harga produsen yang berimbas pada kenaikan harga konsumen. Untuk itu, Presiden menegaskan pentingnya kepemimpinan global.
“Inilah yang sangat tidak mudah dan saat ini kita menjadi keketuaan di negara-negara G20, negara dengan GDP terbesar di dunia. Inilah yang tadi saya sampaikan sebuah keadaan yang tidak mudah,” tandasnya.
Hadir pada acara itu Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Plt. Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, dan Rektor Universitas Katolik Parahyangan, Mangadar Situmorang.
Editor : Sabar Subekti
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...