Jokowi Heran Tulisan Made in Indonesia Buat Orang Batal Beli
SUKOHARJO, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat Indonesia untuk bangga dengan produk asli Indonesia karena menurutnya kualitas produk buatan Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan yang buatan luar negeri.
"Saya tahu banyak orang kita ingin beli barang merk luar negeri. Kalau lihat di sini ada tulisan “made in Indonesia” langsung batal beli. Senangnya barang-barang impor. Ini yang harus dihentikan. Kita harus mencintai produk-produk yang diproduksi di dalam negeri," kata Presiden Jokowi saat meresmikan perluasan pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk di Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah, hari Jumat (21/4).
Menurut Jokowi, banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang mampu memproduksi barang dengan kualitas internasional. Salah satunya ialah PT Sri Rejeki Isman Tbk yang lebih dikenal dengan Sritex.
Perusahaan yang bergerak di bidang tekstil tersebut bahkan disebut Presiden sebagai merk Indonesia yang mampu berbicara banyak di pasar internasional.
"Kita lihat Sritex. Salah satu bukti merk Indonesia yang merajai pasar dunia. Mulai dari seragam militer, pakaian kerja, pakaian fesyen, dan pakaian anak semuanya dipasok Sritex. 60 persen produknya untuk ekspor," katanya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Negara mengapresiasi upaya Sritex untuk lebih meningkatkan persaingan dengan dunia internasional. Salah satunya ialah dengan memperluas pabrik sehingga kapasitas produksi dapat ditingkatkan.
"Saya tanya, apakah kita kalah dengan tekstil Vietnam? Karena saya dengar tekstil kita kalah oleh Vietnam. Dijawab oleh Pak Iwan (Presdir Sritex), kita tidak kalah. Kita bisa bersaing dengan mereka," Presiden menambahkan.
Penyerdehanaan Perizinan
Pemerintah terus mengupayakan untuk memberikan kemudahan berusaha sebagai bentuk dukungan kepada perusahaan-perusahaan Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global. Di antaranya ialah penyederhanaan perizinan yang perlu diakui menjadi momok bagi kebanyakan pengusaha.
"Begitu daya saing kita turun, ya sudah kita akan dilibas oleh produksi dari luar. Oleh sebab itu, pemerintah sekarang ini memotong habis urusan-urusan yang berkaitan dengan perizinan. Saya berikan contoh pembangkit listrik, dulu ada 259 izin. Kalau dimasukkan koper bisa menjadi 10-15 koper. Sekarang kita potong menjadi 56. Tapi itu pun buat saya masih terlalu banyak," kata Presiden.
Selain itu, pemerintah juga fokus bekerja pada perbaikan dan pembangunan sejumlah infrastruktur di Tanah Air untuk mendorong agar produk-produk Indonesia masuk ke pasar ekspor.
Presiden percaya, bahwa pembangunan infrastruktur ialah hal yang paling dibutuhkan Indonesia saat ini untuk dapat bersaing dengan negara-negara lainnya.
"Infrastruktur ini kita kerjakan habis-habisan untuk daya saing, supaya kita tidak kalah berkompetisi. Tahapan kedua nanti kita akan masuk ke industri pengolahan, tahapan ketiga kita akan masuk ke industri jasa. Strategi pembangunan kita seperti itu, karena semua negara sekarang ini berbenah diri," katanya.
Di penghujung sambutannya, Kepala Negara menitipkan pesan kepada Sritex dan juga perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) lainnya untuk senantiasa menjaga kualitas produk. Selain itu, inovasi dan penguasaan akan teknologi juga dimintanya untuk terus dilakukan.
"Kepada Sritex dan seluruh produsen TPT di Indonesia, saya minta dijaga kualitas dan ketepatan waktu dalam pengiriman. Terus berinovasi, jangan tertinggal teknologinya. Kita harus buktikan bahwa produk-produk Indonesia memang berkualitas tinggi dan patut dibanggakan," katanya.
Hadir mendampingi Presiden, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk Iwan Setiawan Lukminto. (PR)
Editor : Melki Pangaribuan
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...