Jokowi: Indonesia Menuju Indonesiasentris, Bukan Jawasentris
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dalam beberapa kesempatan kunjungannya ke beberapa daerah terluar dan perbatasan, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), mengatakan Indonesia sedang berubah ke arah Indonesiasentris, bukan Jawasentris. Wawasan Indonesiasentris ini dapat dianggap sebagai terjemahan Jokowi atas tidak meratanya kesejahteraan di Indonesia, terutama antara Jawa dan luar Jawa.
Hal itu diungkapkan oleh Deputi Komunikasi Politik dan Desiminasi Informasi Kantor Staf Presiden, Eko Sulistyo, dalam acara Peringatan Delapan Tahun Lahirnya Undang-Undang Nomer 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik bertajuk "Mengawal Keterbukaan Informasi Pemerintahan Desa", hari Senin (16/5), di Wisma Antara, Jakarta Pusat.
Pendapat Jokowi ini menjelaskan bagaimana orientasi pembangunan Jawasentris telah mengakibatkan ketidakadilan, kemiskinan, dan ketidakpuasan di beberapa daerah.
“Bahkan dalam catatan sejarah bangsa Indonesia kita pernah disibukkan oleh urusan ketidakpuasan dan pergolakan daerah. Indonesiasentris ala Jokowi ini dapat dianggap sebagai revolusi untuk membenahi warisan praktik pembangunan yang selama ini menempatkan daerah sekedar bingkai dari kekuasaan yang sentralistik,” katanya.
Dengan kembali memajukan wacana Indonesiasentris, Jokowi hendak menjawab fakta bahwa Indonesia bukanlah identik dengan Jawa.
“Jawa hanyalah sebagian kecil dari Indonesia. Jawa hanya sebagian dari pulau besar yang ada di nusantara,” kata Eko.
Revitalisasi konsep ‘Indonesia’ dengan keluar dari Jawasentris adalah sebuah upaya agar ide ‘Indonesia’ tidak menjadi slogan artifisial, tapi benar-benar terpatri dalam wujud gerak pembangunan dan kesejahteraan yang merata.
Menurutnya, Jokowi sebagai seorang presiden berlatar belakang Jawa, adalah hal yang luar biasa Jokowi memandang bahwa Jawa bukan lagi prioritas baginya.
“Konsepsi Indonesiasentris yang digaungkannya adalah sebuah kebijakan politik negara yang menjadi latar belakang prioritas pembangunan di luar Jawa. Tujuannya agar keadilan, kesejahteraan, dan pemerataan tercipta di seluruh wilayah Indonesia,” ucap Eko.
Proyek infrastruktur adalah pondasi awal yang dibangun dengan harapan akan menumbuhkan pondasi-pondasi ke-Indonesiaan di semua wilayah.
“Membuat negara hadir di wilayah-wilayah Indonesia yang selam ini dimarginalkan. Konsep Indonesia dalam wacana kebangsaan hendak direalisasikan oleh Jokowi dalam bentuknya yang nyata, bukan dalam demagogi ke-Indonesiaan yang abstrak, yang tak bisa dinikmati,” katanya.
Dengan cara ini, Jokowi diibaratkan sedang menjahit kembali baju ke-Indonesiaan yang sobek di sana-sini menjadi utuh kembali.
Editor : Eben E. Siadari
Risiko 4F dan Gejala Batu Kantung Empedu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif konsultan RSCM dr. Arn...