Jokowi Inspektur Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo menjadi inspektur upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2019 di Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya Jakarta Timur, Selasa (1/10).
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Hj Iriana Joko Widodo tiba di lokasi upacara sekitar pukul 07.50 WIB.
Tampak Presiden Jokowi mengenakan setelan jas warna hitam dengan dasi warna merah dan peci warna hitam. Sementara, Ibu Negara mengenakan kebaya warna kecokelatan.
Pada saat yang sama hadir pula Wapres M Jusuf Kalla dan istri Wapres Mufidah Jusuf Kalla.
Tampak Wapres M Jusuf Kalla mengenakan setelan jas warna hitam dan peci hitam. Sementara, istri Wapres mengenakan kebaya warna hijau toska.
Kehadiran Presiden Jokowi dan Ibu Negara Hj Iriana Joko Widodo dan Wapres M Jusuf Kalla dan istri Mufidah Jusuf Kalla disambut dengan musik dari Korps Musik TNI.
Upacara yang digelar di lapangan Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya Pondok Gede Jakarta Timur itu diikuti antara lain oleh sejumlah pejabat negara, perwakilan negara asing di Indonesia, anggota Polri/TNI dari berbagai kesatuan, taruna Akademi Kepolisian, taruna Akademi Militer dari berbagai matra, pelajar, anggota pramuka.
Pejabat yang hadir antara lain Ketua MK Anwar Usman, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Mensesneg Pratikno, Seskab Pramono Anung, Mendikbud Muhadjir Effendy, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.
Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila diawali dengan Salam Kebangsaan atau menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Sebelumnya paduan suara pelajar juga menyanyikan sejumlah lagu daerah, lagu bertema Pancasila dan lagu perjuangan.
Rangkaian kegiatan lain dalam upcara itu antara lain mengheningkan cipta untuk mengenang pahlawan khususnya Pahlawan Revolusi dan pembacaan naskah Pancasila oleh Ketua DPD Oesman Sapta Odang.
Selain itu pembacaan Pembukaan UUD 1945 oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan, pembacaan dan penandatanganan ikrar oleh Ketua DPR Bambang Soesatyo, dan pembacaan doa oleh Mendikbud Muhadjir Effendy.
Usai upacara, Presiden Jokowi dan pejabat lainnya meninjau sumur atau Lubang Buaya tempat di mana sejumlah Pahlawan Revolusi dimasukkan ke lubang tersebut.
Butuh SDM Berhati Indonesia dan Berideologi Pancasila
Sebelumnya dalam pidato kenegaraan dalam rangka HUT Ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia di depan Sidang Bersama Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2019 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan Jakarta, Jumat (16/8/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berhati Indonesia dan berideologi Pancasila untuk memajukan bangsa Indonesia di kancah global.
"Kita butuh SDM unggul yang berhati Indonesia, berideologi Pancasila. Kita butuh SDM unggul yang toleran yang berakhlak mulia. Kita butuh SDM unggul yang terus belajar bekerja keras, berdedikasi," kata Presiden Joko Widodo.
Jokowi menekankan SDM Indonesia harus mampu menguasai ilmu pengetahuan masa kini dan masa depan untuk berkontribusi maksimal bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
"Kita butuh SDM yang menguasai ketrampilan dan menguasai ilmu pengetahuan masa kini dan masa depan," ujarnya.
Jokowi menuturkan perlu ilmu pengetahuan dan teknologi serta terobosan-terobosan jalan pintas yang cerdik, mudah dan cepat, yang membuat bangsa Indonesia bisa melompat dan mendahului bangsa lain.
Ia mengatakan pendidikan harus berakar pada budaya bangsa memperjuangkan kepentingan nasional dan tanggap terhadap perubahan dunia. Keluarga dan lembaga pendidikan menempati peran sentral dalam pendidikan anak-anak bangsa Indonesia.
"Kita butuh SDM yang berbudi pekerti luhur dan berkarakter kuat," ujarnya.
Ia mengatakan karakter anak bangsa harus dibentuk sejak dini dengan menanamkan berbagai nilai-nilai moral sehingga dapat menjadi SDM Indonesia yang berbudi pekerti luhur. Untuk itu, pendidikan di sekolah juga berperan penting dalam memberikan pendidikan karakter bagi anak-anak bangsa.
"Budi pekerti, sopan santun, toleransi dan kedisiplinan termasuk kebiasaan mengantri dengan sabar dan teratur harus kita tanamkan sejak dini. Biasa mandiri, percaya diri, gotong royong dan saling peduli harus kuat ditanamkan dalam pendidikan dasar kita. Mencari sumber belajar sendiri, berpikir kritis, dan tidak mudah terhasut, problem solving harus sudah tertanam kuat pada pendidikan menengah kita," ujarnya.
Perkuat Jiwa Pancasila Daripada Batasi Akses Medsos
Pendiri Rumah Pancasila Yosep Parera meminta negara menguatkan jiwa Pancasila dalam praktik hidup berbangsa dan bernegara untuk menghadapi provokasi yang bermaksud merusak sendi-sendi kehidupan di Indonesia, di banding hanya membatasi akses media sosial dalam menghadapi permasalahan itu.
"Hari Kesaktian Pancasila menjadi momentum penyadaran bagi diri kita, sudah Pancasilais kah kita sebagai warga negara," kata Yosep di Semarang, Senin (30/9).
Ia menyebut ada upaya dari luar maupun dalam yang ingin merusak sendi-sendi hidup berbangsa dan bernegara.
Ia mencontohkan ancaman yang datang dari dalam seperti upaya mengganti ideologi negara oleh oknum tertentu.
Kemajuan teknologi informasi, kata dia, menyebabkan upaya provokasi dengan menyebarkan berita bohong cukup masif terjadi di media sosial.
Namun, lanjut dia, pemerintah tidak seharusnya berkutat terhadap upaya membatasi akses media sosial dalam memerangi ancaman yang ingin merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Manusianya yang ditangguhkan, bukan medsosnya yang dibatasi," katanya.
Berbagai upaya yang dilakukan untuk mempertebal jiwa Pancasila antara lain dengan pendidikan karakter pada generasi muda hingga edukasi kepada pelajar sejak tingkat dasar.
Ia menegaskan membentengi diri dengan Pancasila merupakan benteng terkuat menjaga kedaulatan NKRI. (ANTARA)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...