Jokowi Pamer Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di KTT G7
ISE SHIMA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi pembicara utama pada sesi pertama KTT G-7 Outreach yang membahas ‘Stabilitas dan Kesejahteraan di Asia’, di Kanko Hotel the Classic, Ise Shima, Jepang, hari Jumat (27/5) pagi waktu setempat.
Dalam paparannya, Presiden Jokowi mengemukakan, kawasan Asia Pasifik adalah kawasan yang tergolong paling aman dibandingkan kawasan lainnya.
Oleh karenanya, tidaklah heran jika kawasan Asia pada tahun 2016-2017 diperkirakan memiliki pertumbuhan ekonomi relatif lebih baik, yakni sekitar 5,3 persen dibanding rata-rata dunia sebesar 3,2 persen.
“Di tahun 2015, ekonomi Indonesia di kuartal terakhir tumbuh 5,04 persen,” katanya.
Menurut Jokowi, dunia juga memahami bahwa potensi Asia untuk berkembang masih besar. Berdasarkan proyeksi Asian Century 2050, Asia akan menghasilkan PDB 174 triliun dollar AS, atau 52 persen PDB dunia.
Sebagai bagian dari Asia, Indonesia, kata Presiden yakin dapat mengambil bagian dari Asian Century. “Saat ini lebih dari 50 persen penduduk Indonesia berusia di bawah 29 tahun. Indonesia juga dikaruniai kekayaan dan sumber energi yang cukup,” katanya.
Namun Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa kekerasan memberikan dampak kerugian yang sangat besar. Ia menunjuk contoh, tahun 2014 lalu misalnya, kerugian global akibat kekerasan bersenjata mencapai 14,3 triliun dolar AS atau 13,4 persen dari PDB Dunia.
Penyelesaian Damai
Menurut Jokowi, perdamaian dan stabilitas adalah hal yang harus diciptakan dan dijaga. Oleh karenanya, negara-negara Asia harus dengan penuh kesadaran menciptakan perdamaian dan stabilitas ini.
Terkait dengan tingginya potensi konflik di Asia, seperti Laut Tiongkok Selatan dan Semenanjung Korea, menurut Presiden, harus dapat dikelola dengan baik. Untuk itu, Presiden Jokowi menekankan agar penyelesaian secara damai harus selalu menjadi pilihan utama.
Jokowi menegaskan, bahwa sudah waktunya dunia paham mengenai pentingnya penyelesaian masalah tanpa menciptakan masalah yang lebih besar.
“Sudah waktunya. Penyelesaian militer atau penggunaan kekerasan justru akan menumbuhkan kekerasan lainnya, seperti ekstremis dan bahkan krisis kemanusiaan,” katanya.
Pada kesempatan ini, Jokowi menekankan bahwa Indonesia tidak menginginkan Asia menjadi kawasan yang penuh konflik dan menjadi ajang power projection negara-negara besar.
“Indonesia juga ingin menekankan bahwa semua negara, saya ulangi, semua negara tanpa terkecuali, harus menghormati hukum internasional,” kata Jokowi seraya menambahkan, tanpa penghormatan terhadap hukum internasional, berpendapat, perdamaian dan stabilitas tidak akan dapat tercipta.
Menurut Presiden, dunia sudah tidak berjalan secara bipolar dan sudah muncul banyak negara (emerging countries) yang memiliki potensi dan telah terbukti mampu berkontribusi banyak terhadap dunia. Oleh karena itu, dia mengusulkan agar dunia harus ditata dengan melibatkan emerging countries.
“Indonesia siap menjadi motor terciptanya Asia dan dunia yang damai dan sejahtera,” kata Presiden.
Pertemuan sesi I KTT G-7 Outreach itu dipandu Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe yang bertindak sebagai moderator. Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi. (setkab.go.id)
Editor : Eben E. Siadari
Tentara Ukraina Fokus Tahan Laju Rusia dan Bersiap Hadapi Ba...
KHARKIV-UKRAINA, SATUHARAPAN.COM-Keempat pesawat nirawak itu dirancang untuk membawa bom, tetapi seb...